Terapi di Rel Kereta Api
Awalnya Nyebut Orang Gila, Kini Ikut Terapi di Rel Kereta Api
Tis'ah (57) hampir setiap sore menjalani terapi di rel kereta api yang terletak tak jauh dari Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Penulis:
Adi Suhendi
Editor:
Yulis Sulistyawan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNES.COM,JAKARTA - Tis'ah (57) hampir setiap sore menjalani terapi di rel kereta api yang terletak tak jauh dari Stasiun Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Didampingi anaknya, Wiani (16), dengan santainya Tis'ah melakukan terapinya di sore hari, Rabu (20/7/2011).
Meski Tis'ah mengalami luka di kaki, tapi ia tetap bersemangat melakukan terapi di rel kereta api. Ia bergegas dari rumahnya yang terletak di kampung Pulo Kresek, Jakarta Barat dengan diantar anaknya menggunakan sepeda motor.
Tidak lupa ia pun membawa sejumlah perlengkapan untuk membantu selama dirinya melakukan terapi di rel kereta api. Bantal, lap dan air pun dibawa Tis'ah bersama anaknya.
Tis'ah yang menderita penyakit asam urat, diabetes dan reumatik awalnya tidak percaya dengan terapi tersebut ketika diberi tahu anaknya.
"Awalnya saya menganggap hanya orang gila kali, orang yang melakukan terapi kesehatan di rel kerata api," kata Tis'ah saat ditemui ketika melakukan terapi di sekitar stasiun Rawa Buaya, cengkareng, Jakarta Barat.
Setelah melakukan terapi sekitar dua bulan, Tis'ah mengaku saat ini tubuhnya merasa lebih baik. "Setelah berjalan dua bulan ini saya merasa lebih enak, saya bisa tidur lebih nyenyak," ucapnya.
Tis'ah yang saat ditemui wartawan sedang nikmat berbaring di rel kereta api ditemani sang anak, awalnya mengaku merasa was-was melakukan terapi di rel kereta api.
"Awalnya saya takut juga. tidak berani tiduran seperti ini. Yang baru-baru biasanya hanya meletakan kedua tangan saja di rel," katanya.
Seakan ditempat wisata, Tis'ah pun tidur dengan mengenakan bantal tidur dibantalan rel kereta dengan kaki selonjor ke depan dan menempel di rel sebelah kanan. kemudian kepala dan lehernya dengan ditumpu bantal yang dibawanya menempel ke rel sebelah kiri.
terlihat tangan yang tertempel di rel sebelah kiri bergerak-gerak, begitu juga kedua kakinya. "Ini bukan digerak-gerak mas, tetapi memang karena tersetrum," ungkapnya.
Untuk mendapat hentakan arus listrik yang lebih kuat, ia pun kemudian menimpan lap yang sudah dibasahinya di atas rel, lalu di tindihnya dengan kaki dan kepalanya. "Ini supaya listriknya lebih besar mas, biar lebih terasa," ujarnya.
Meskipun merasa enak seusai melakukan therapi, tetapi Tis'ah tetap membatasi waktu therapinya. "Anak saya memang menyarankan supaya tidak setiap hari melakukan therapi ini," katanya menutup pembicara.