Komodo Keajaiban Dunia
New 7 Wonders Tuding Pejabat Indonesia Balas Dendam
Direktur New7Wonders Jean Paul de La Fuente, menuding polemik berawal dari ulah seorang pejabat pemerintah Indonesia yang merasa tersinggung
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polemik pemilihan Komodo sebagai satu dari tujuh keajaiban dunia kian memanas.
Direktur New7Wonders Jean Paul de La Fuente, menuding polemik berawal dari ulah seorang pejabat pemerintah Indonesia yang merasa tersinggung dan kemudian balas dendam karena tidak terima Indonesia dihapus dari daftar penyelenggara Malam Deklarasi Kemenangan New7Wonders.
Bahkan pejabat itu menyewa pengacara mahal di Swiss menggunakan anggaran negara. Siapa pejabat dimaksud masih misterius. "Justru mereka (N7W) yang mau merusak kita," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar ketika dikonfirmasi Tribunnews.com, kemarin.
Nirwandar mengakui pihaknya menyewa pengacara Swiss untuk melawan The New Wonders (N7W) yang merupakan penyelenggara kontes tujuh keajaiban dunia. Berapa bayaran untuk pengacara asing itu, Sapta mengakui nilanya ratusan dolar AS per jam tanpa menjelaskan rincian anggaran yang dipakai.
Dana diambil dari anggaran negara dan diakui Sapta biayanya tidak mahal. Lalu siapa pejabat yang dituding pihak N7W? "Tidak tahu, tanya sama dia. Jangan tanya saya dong," jawab Sapta ketika ditanya siapa pejabat dimaksud.
Sapta mengakui bisa saja dia yang dituding oleh pihak N7W. "Yah bisa saja. Tapi saya merasa ini pekerjaan pribadi. Kementerian itu pemerintah, ada menteri, wakil menteri, dirjen, dan lainnya," kata Sapta.
Karena itu Sapta mengatakan keputusan yang diambilnya buka keputusan pribadi tapi atas nama pemerintah. Sapta baru menjabat wakil menteri mulai 20 Oktober 2011 lalu. Dia sebelumnya menjabat Dirjen Pemasaran Kementerian Kebudayan dan Pariwisata. Sejak menjadi Dirjen, Sapta sudah mengemukakan penolakan terhadap N7W. (*)