Rusuh di Sampang
Hasil Investigasi SMARs atas Pembakaran Ponpes di Sampang
CMARs) Surabaya melakukan investigasi dalam kasus pembakaran pondok pesantren dan sejumlah rumah di Sampang, Madura.

TRIBUNNEWS.COM - Center for Marginalized Communities Studies (CMARs) Surabaya melakukan investigasi dalam kasus pembakaran pondok pesantren dan sejumlah rumah di Sampang, Madura.
CMARs melakukan wawancara mendalam kepada Ust. Tajul Muluk (Ketua IJABI Sampang) dan Ust. Iklil Al Milal (Penasehat IJABI Sampang) terkait dengan penyerangan/pembakaran terhadap rumah Jamaah Syi’ah di Nangkrenang, sekaligus kondisi terakhir di pengungsian.
Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Desember 2011, 31 Desember 2011, 3 Januari 2012, 5 Januari 2012, 8 Januari 2012, dan 12 Januari 2012. Di samping menggali secara mendalam informasi terkait penyerangan dan kondisi di pengungsian, wawancara juga dilakukan untuk mengklarifikasi pelbagai isu yang berkembang sesudah penyerangan terjadi.
Detik-Detik Penyerangan/Pembakaran
Sehari sebelum peristiwa penyerangan dan pembakaran, Rabu 28 Desember 2011, Ust. Iklil Al Milal (kakak Tajul Muluk) dipanggil oleh Kapolsek Omben, Ajun Komisaris Aris di Kantor Polsek Omben. Dalam pertemuan tersebut, Kapolsek memberi tahu Ust. Iklil bahwa akan ada penyerangan ke Dusun Nangkrenang oleh kelompok anti-Syi’ah.
Kepada CMARs Ust. Iklil menirukan ungkapan peringatan Kapolsek, “Mau ada serangan besar-besaran Mas, sasarannya sampeyan (anda/jamaah Syi’ah).”
Kapolsek juga menegaskan bahwa pengerahan massa bisa membahayakan jamaah Syi’ah.
Kamis, 29 Desember 2011, sesaat sebelum penyerangan terjadi, Ust. Iklil memberi laporan kepada Kapolsek Omben bahwa ancaman penyerangan sebagaimana diinformasikan oleh Polisi benar adanya.
Maksud kedatangan Ust. Iklil ke Polsek Omben dalam rangka memberi tahu dan meminta perlindungan keamanan pada Polisi.
Kepada Kapolsek Ust. Iklil bilang, “Tolong Pak, saya dengar mereka mau menyerang hari ini, tolong dicegah.”
Kapolsek mengiyakan laporan tersebut dan berjanji melakukan pengamanan. Ust. Iklil kembali lagi ke Dusun Nangkrenang.
Pada pukul 09.30 WIB, 29 Desember 2011, Ust. Iklil bersama dengan puluhan jamaah Syi’ah melihat ratusan massa bergerombol di batas (pintu masuk) Dusun Nangkrenang. Massa lalu bergerak menuju Madrasah dan mulai melakukan pembakaran terhadap Madrasah pada pukul 10.00 WIB.
Pada saat itu, Ust. Iklil bersama dengan puluhan jamaah Syi’ah ada di lokasi kejadian. Jamaah Syi’ah tidak melakukan perlawanan apapun. Sebaliknya,Ust. Iklil sibuk menenangkan jamaahnya, dan menggiring jamaahnya menuju rumah Ust. Tajul Muluk (sekitar 20 meter dari Madrasah).
Ketika penyerangan terjadi, hanya ada dua personil keamanan yang ada di lapangan. Satu orang personil dari Polsek Omben dan satu orang tentara dari Koramil Omben. Keduanya tidak melakukan tindakan apapun kecuali merekam aksi pembakaran dengan menggunakan kamera handphone.
Ketika hampir separuh Madrasah terbakar, sekitar pukul 10.30 WIB, baru 25 anggota Brimob bersenjata lengkap datang ke lokasi kejadian. Sayangnya mereka juga tidak melakukan tindakan pencegahan apapun, bahkan sebagian asyik duduk-duduk di Mushalla dekat Madrasah.
Ketika massa sibuk membakar Madrasah, dalam kerumunan sebagian orang berteriak, “Sesudah Madrasah, kita bakar rumah Ust. Tajul Muluk, sesudah itu, kita bakar juga rumah Ust. Iklil,” demikian Ust. Iklil menirukan teriakan massa.
Mendengar hal ini, Iklil langsung menemuai Kapolsek Omben yang sudah berada di lokasi. Kapada Kapolsek Ust. Iklil manyampaikan, “Tolong Pak, mereka mau menyerang rumah saya, tolong diamankan Pak. Kalau memang Bapak tidak sanggup, biar kami (jamaah Syi’ah) yang menghadang mereka.
Kapolsek hanya menjawab dingin. “Sudah Pak, di sana (di rumah Us. Tajul Muluk dan Ust. Iklil Al Milal) sudah ada petugas, Bapak tenang saja,” jawab Kapolsek.
Merasa tidak percaya dengan ungkapan Kapolsek, tidak berselang lama Ust. Iklil menelpon istrinya di rumah, menanyakan apakah benar sudah ada petugas yang menjaga kedua rumah tokoh IJABI tersebut. Apa yang dikatakan Kapolsek hanya untuk menghibur Ust. Iklil, faktanya tidak ada satupun personil Polisi yang menjaga rumah Ust. Tajul Muluk dan Ust. Iklil Al Milal.
Akibat pembiaran yang dilakukan oleh Polisi, massa menjadi sangat leluasa melakukan pembakaran terhadap Madrasah; rumah Ust. Tajul Muluk beserta surau kecil dan toko; rumah Ust. Iklil Al Milal beserta surau kecil; rumah Khoirul Ummah (ibu Ust. Tajul Muluk)’ dan rumah Ummi Hanik (saudara Ust. Tajul Muluk).
Jamaah Syi’ah tidak melakukan perlawanan apapun selama proses pembakaran berlangsung. Polisi juga tidak melalukan tindakan apapun. Baru setelah pembakaran berakhir, polisi mengevakuasi sebagian jamaah Syi’ah ke Kecamatan Omben. Karena kondisi kecamatan tidak memungkinkan digunakan sabagai tempat pengungsian, akhirnya jamaah Syi’ah dibawa ke Gedung Olah Raga (GOR) Kabupaten Sampang.
Selama proses pembakaran dan evakuasi, Ust. Tajul Muluk berada di tempat relokasi di daerah Malang.[1] Ust. Tajul baru bertolak dari Malang ke Sampang pada siang hari dan baru sampai di GOR Sampang sekitar pukul 19.00 WIB.
Berdasarkan keterangan Ust. Tajul dan diamini oleh Ust. Iklil, para pelaku pembakaran merupakan aktor-aktor yang sama pernah melakukan penyerangan di Nangkrenang pada tahun 2006 dan April 2011.
[2] Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan oleh Ust. Iklil, hampir semua pelaku yang ia kenal adalah aktor-aktor lama yang sudah memusuhi jamaah Syi’ah sejak 2004. Ust. Iklil menyebut nama beberapa aktor pembakaran dengan inisial: Kho, Ju’, Has, Ham, As, Sah, dan Mas. Mereka semua adalah tetangga Ust. Tajul Muluk sendiri.
Usai peristiwa pembakaran, nama-nama tersebut di atas sudah dilaporkan oleh Ust. Iklil ke Polisi, akan tetapi baru pada 2 Januari 2012, polisi hanya menetapkan seorang tersangka berinisial M.
Sayangnya, tersangka tersebut dibebaskan kembali oleh Polisi dengan alasan salah orang. Menurut Ust. Tajul Muluk, keterangan Polisi salah semua karena orang berinisial M itu merupakan tersangka fiktif. “Ini semua adalah rekayasa Polisi,” tegas Ust. Tajul Muluk kepada CMARs.
Ust. Tajul Muluk sendiri memiliki catatan terkait dengan aktor pembakaran. Ketua IJABI Sampang ini menyebut inisial Muh, Kho, Sod, sebagai otak dan pelaku pembakaran perkampungan jamaah Syi’ah di Nangkrenang.
Ditulis oleh Center for Marginalized Communities Studies (CMARs)