Sabtu, 16 Agustus 2025

FPI Ditolak

Dewan Adat Kalteng Ikut Demo Tolak FPI di Jakarta

Pengurus Dewan Adat Dayak dari Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, akan ambil bagian dalam kegiatan turun ke jalan di Bundaran HI,

Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-inlihat foto Dewan Adat Kalteng Ikut Demo Tolak FPI di Jakarta
Faturachman/Tribun Kalteng

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Dewan Adat dari Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah, akan ambil bagian dalam kegiatan turun ke jalan di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (14/2/2012), sore ini. Mereka bergabung dengan aktivis dari Gerakan Indonesia Tanpa Front Pembela Islam (FPI).

"Kalau kami diberi kesempatan, kami akan ikut berorasi. Tapi setidaknya, ikut berpartisipasi atau melihat-lihat lah. Ini sudah bergerak menuju Bundaran HI," ujar Ketua Dewan Adat Kabupaten Seruyan Haji Tonik Johan yang tengah berada di Jakarta.

Menurut Tonik Johan, ada sebanyak 15 orang pengurus Dewan Adat dari Kalteng yang akan ikut berunjuk rasa. Sebagian dari mereka sedang menjalankan tugas di Jakarta.

"Memang bukan khsusus untuk tujuan turun ke jalan, tapi partisipasi, karena kami nilai untuk kepentingan wilayah, kepentingan bangsa dan negara. Demi menjaga keutuhan, kerukuanan antarumat, agama dan adat-istiwadat," ujar Tonik, sehari-hari menjabat Wakil Ketua Komisi III DPRD Seruyan.

Tonik, politisi Partai Demokrat ini menyebut, keikutsertaan dalam aksi damai massa menolak FPI atas kemauan sendiri yang didasari keprihatinan terhadap kekerasan yang kerap ditunjukkan organisasi massa. Apalagi pekan lalu, warga Palangkaraya menolak acara deklarasi FPI di Kalteng.

"Organisasi yang berbau kekerasan, bukan hanya FPI. Siapa pun nama organisasinya, asal menjunjung tinggi adat-istiadat, menjaga kerukuan antarumat beragama, dan kerukunan bangsa kami akan terima. Kita tahunya FBI sering berbuat onar, memaksakan cara sendiri yang sewaktu- waktu bisa memecah-belah persatuan bangsa, sehingga kurang pas," katanya.

Tonik melanjutkan, karena FPI dicitrakan sebagai organisasi banyak bikin persoalan yang berbau kekerasan, "Dengan demikain kami di Kalteng belum siap menerima FPI. Sebab kekerasan  bertendangan dengan adat-istiadat yang ada. Warga Kalteng itu heterogen, tetapi rukun."

Apalagi budaya Indonesia secara umum tidak suka kekersan. Nah kalau caranya mengancam secara kekerasan, kehadirannya tidak akan diterima. Sedangkan yang sering tampil adalah menakut-nakuti orang, kekerasan, arogansi tinggi.

"Jadi kurang pas, dan tidak saatnya lagi bangsa ini begitu. Kecuali bangsa ini mau dipecah- belah, NKRI dirusak. Tapi kan kita ingin kemakmuran tercapai. Kalau ada oraganisasi yang datang bersahat, kami bisa terima. Terbukti banyak organisasi berbasis Islam di Kalteng, bisa hidup berdampingan," ujar H Tonik.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan