Sabtu, 13 September 2025

Umar Patek Diadili

Banyak Buat Bom, Umar Patek Marahi Imam Samudra

Umar Patek berkisah di Pengadilan Negeri Jakarta Barat ketika dirinya meracik bom di Bali pada tahun 2002

Penulis: Adi Suhendi
zoom-inlihat foto Banyak Buat Bom, Umar Patek Marahi Imam Samudra
TRIBUN JOGJA/IKROB DIDIK IRAWAN
Teroris Umar Patek tiba di Solo untuk menjalani rekonstruksi perencanaan bom Bali I, Jumat (21/10/2011)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Umar Patek berkisah di Pengadilan Negeri Jakarta Barat ketika dirinya meracik bom di Bali pada tahun 2002. Ia sebenarnya berat hati membantu pembuatan bom yang menewaskan ratusan orang tersebut.

Saat itu, dirinya pada awal Oktober 2002 tiba di Bali setelah menempuh perjalanan jauh dari Solo atas perintah Mukhlas dan Dulmatin. Ia memang ditugaskan untuk membantu Sawad meracik bom.

"Ente bantu saja, urusannya nanti kamu sekedar membantu Sawad," tutur Patek menirukan kata-kata Dulmatin saat dirinya berbeda paham terkait peledakan bom di Bali dengan Muklas, Senin(7/5/2012).

Umar Patek pun akhirnya berangkat juga ke Bali setelah Dulmatin membelikan tiket dan memberikannya ongkos dengan bis Safari Dharma sendirian. Sesampainya di Bali, ia langsung dijemput Idris dan diantarkannya ke rumah tempat peracikan dan perakitan bom di Menjangan, Bali.

Alangkah terkejutnya saat ia masuk ke rumah tersebut dan melihat Sawad sedang meracik bom dalam jumlah besar. Ia pun langsung marah-marah kepada Imam Samudra yang kebetulan saat itu berada di sana.

"Kamu mau apa-apaan ini, kamu sudah pikirkan bila bom ini meledak. Kamu sudah pikirkan baik-baik, namanya bom sejumlah itu, orang-orang akan menjadi korban, bom akan merusak bangunan-bangunan di sekitarnya, dan secara syar'i pun tidak dibenarkan," ucap Patek dengan nada marah saat itu.

Tetapi Imam Samudra tidak menjawab apa-apa. Umar Patek saat itu berfikir bahwa pembuatan bom tersebut merupakan pekerjaan yang luar biasa. "Ini harus dihentikan, harus dibuang ke laut, bertahap bisa, saya siap bantu kalau mau," ucapnya lagi.

Melihat Patek yang emosi, Imam Samudra saat itu hanya membalasnya dengan mengelus-elus punggung Umar Patek tanpa berkata apa pun.

Kemudian sore harinya, Patek melihat Sawad sedang bersantai-santai lantaran pekerjaannya dalam meracik bom sudah kelar. "Sudah lah Mar (Umar Patek), kamu ini orang kronco kamu bantu saja, kamu tidak datang pun pekerjaan sudah selesai, kamu tinggal nurut saja, mereka sudah tidak mau mendengar lagi," ungkap Sawad saat itu.

Setelah melewati malam pertama Umar Patek hanya berada di kamar saja. Saat matahari terbit, kemudian pasokan bahan-bahan peledak kembali datang sekitar 50 kilogram. Tapi seakan tidak berdaya Patek pun membantu Sawad meracik bahan peledak.

"Kemudian saya membantu Sawad, dengan memakai handuk, baru sekitar 10 kilogram meracik saya sudah tidak tahan dengan baunya, kemudian saya keluar dan mengajak Sawad untuk menyudahinya," jelas Patek.

Setelah itu Patek tidak lagi membantu pekerjaan, hanya saat sedang membuat bom rompi, ia sempat membantu Azhari selama lima menit memegangi paralon yang diisi bahan peledak.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan