Jumat, 19 September 2025

Umar Patek Diadili

Umar Patek Pengayak Arang Bom Natal 2000

Umar Patek dalam persidangan kemarin di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (7/5/2012) bercerita tentang aksi bom natal 2000 di Jakarta.

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Umar Patek Pengayak Arang Bom Natal 2000
TRIBUN JOGJA/IKROB DIDIK IRAWAN
Teroris Umar Patek saat dibawa ke Solo untuk melakukan rekonstruksi perencanaan Bom Bali I di Solo, Jumat (21/10/2011)

Laporan wartawan tribunnews.com  Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Umar Patek dalam persidangan kemarin di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Senin (7/5/2012) bercerita tentang aksi bom natal 2000 di Jakarta.

Saat itu, ia baru pulang dari Filipina ke kampung halamannya, tiba-tiba Dulmatin mengajaknya ke Jakarta dengan alasan bahwa ada sebuah pekerjaan untuk Umar Patek. "Saya sedang tata pekerjaan di Jakarta, kalau sudah tertata, kamu ikut," tutur Umar Patek menirukan kata-kata Dulmatin saat itu.

Tanpa menyebutkan apa yang dikerjakan Dulmatin, Umar Patek pun manut-manut saja, sampai pada akhirnya dia diajak Dulmatin ke Jakarta.

Saat itu, Dulmatin membawa Patek ke sebuah rumah kontrakan dan menemukan dirinya dengan Imam Samudera yang memang sudah dikenalnya sejak di Afghanistan.

Kemudian Imam Samudera menceritakan maksudnya mengundang Patek, ia ingin membalas dendam dengan meledakkan gereja-gereja di Jakarta atas pembataian umat Islam di Ambon dan Poso dan dianggap Imam Samudera saat itu gereja-gereja dijadikan tempat penyimpanan senjata.

"Itu gereja kan di Poso bukan di Jakarta, maka gereja yang harusnya dihancurkan itu di Ambon dan di Poso, bukan di Jakarta," kata Umar menentang rencana Imam Samudra.

Menurut Umar, pola pikir Imam Samudera saat itu tidak bisa dibenarkan lantaran bertentangan dengan dengan apa yang diajarkan Rasulullah. Tetapi pendapatnya tetap mentah karena adanya rasa senioritas.

"Sudah kamu bantu saja Dulmatin, ada kerjaan low eksplosif bahan peledak," ucap k mengulang kalimat Imam SamuderaPate.

Tanpa mengetahui darimana asal bahan peledak, Umar Patek saat itu melihat bahan-bahan sudah jadi bahan peledak, seperti, arang, sulfur, postasium florat di rumah kontrakan Dulmatin.

"Ketika Dulmatin munumbuk arang, saya yang mengayaknya supaya halus, kemudian Dulmatin meramu, kemudian saya masukkan ke kantong-kantong yang beratnya satu kilo-satu kilo, kemudian dibungkus dan disimpan," jelas Patek.

Umar Patek selalu melihat setiap malamnya Dulmatin sibuk mengerjakan rangkaian elektronik untuk bom, sementara Patek hanya tidur saja.

Tibalah waktu yang direncanakan, pada 24 Desember 2000, Dulmatin membawa bom yang dibungkus dalam kotak sebesar kotak tisu, tas jinjing, kemudian elektronik yang dibikinnya tampak keluar seperti kabel.

Patek saat di hari itu, memang berencana untuk pulang kampung ke Pemalang, tapi justru sebelum pulang ia harus ikut Dulmatin meletakkan bom ke sejumlah gereja di Jakarta.

"Kemudian kami berjalan dengan sebuah mobil dan sempat berbuka puasa di tengah jalan," ucap Patek.

Di dalam mobil setelah berbuka puasa barulah aksi dimulai, Dulmatin kemudian menset waktu bom dalam kotak yang sudah disiapkannya tepat di pukul 09.00. "Perkiraan saat itu (bom dalam) tas jinjing tiga buah dan bom dalam kotak-kotak sekitar 10 buah," ucapnya.

Meskipun Umar Patek berat hati melakukan hal tersebut, tetapi ia pun membantu Dulmatin dalam menseting bom-bom lainnya ketika Dulmatin meletakkan bom di gereja-gereja. Kemudian mobil tersebut kembali berjalan setelah Dulmatin meletakkan bom di sejumlah gereja dan berangkat ke tempat lain untuk meletakkan bom-bom yang masih ada di dalam mobil sampai bom pun tak bersisa di mobil. "Setelah itu mobil berjalan ke terminal Pulogadung, dan saya langsung pulang ke Pemalang," ucapnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan