Jumat, 12 September 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Reaksi Menolak Kenyataan Keluarga Korban Masih Wajar

Namun, mereka harus diberi mengetahui bahwa realitas yang terjadi di lapangan justru sebaliknya.

zoom-inlihat foto Reaksi Menolak Kenyataan Keluarga Korban Masih Wajar
TRIBUNNEWS.COM/ HERUDIN
Evakuasi jenazah korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100, Sabtu (12/5/2010).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sikap keluarga korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang menyangkal atau menolak kenyataan, dinilai masih dalam batas wajar.

Namun, mereka harus diberi mengetahui bahwa realitas yang terjadi di lapangan justru sebaliknya.

"Menyangkal, menolak kenyataan, dia masih enggak meninggal, dia masih hidup kok, itu reaksi denial. Itu hal yang wajar sekali saat mendapatkan informasi DVI," ujar anggota Himpunan Psikologi Seluruh Indonesia (HIMPSI) Jakarta Mira Rumeser, di RS Sukanto Polri, Jakarta, Minggu (13/5/2012).

Menurut Mira, masa kritis keluarga korban terjadi saat proses identifikasi oleh tim DVI (Disaster Victim Identification), diketahui dan dipublikasikan secara serentak.

Saat itu, keluarga korban dapat mendatangi psikolog untuk diberikan pertolongan pertama. Lalu, tahap kedua adalah fasilitasi.

Bila kondisi menjadi gawat, maka psikolog akan memberikan metode psychotherapy. Mira mengungkapkan dampak yang terjadi pada anggota keluarga korban tergantung kepribadian masing-masing.

Tuhan, papar Mira, memberikan kemampuan bertahan kepada manusia, dari luka fisik dan psikis. Namun, kemampuan setiap manusia berbeda-beda.

"Ada orang yang mudah dan cepat, ada yang lama, dan ada yang perlu bantuan orang lain. Nah, yang bahaya itu yang (perlu) bantuan orang lain. Paling lama, dalam tiga bulan mereka sudah oke," tutur Mira.

Mengenai adanya imbauan bagi keluarga korban agar tetap tinggal di rumah, Mira mengatakan hal itu ada baiknya.

Sebab, kegiatan pencarian korban menguras energi lahir dan batin bagi keluarga korban. Bila mereka tetap ingin menunggu kepastian di rumah sakit, Mira menyarankan untuk bergantian dengan anggota keluarga yang lain.

Untuk membantu psikologi keluarga korban, Mira mengatakan pihaknya menyiagakan 20 psikolog di Bandara Halim Perdana Kusuma dan RS Sukanto Polri.

"Pihak RS mau hingga dua minggu. Perlu dilakukan sesuatu, dan anggota berjaga terus di sini," beber Mira. (*)

Berita Nasional Terkini

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan