Sabtu, 13 September 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Sulitnya Bertahan Hidup di Gunung Salak

Puncak Salak Satu atau Puncak Manik menjadi begitu terkenal setelah jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100

Penulis: Adi Suhendi
zoom-inlihat foto Sulitnya Bertahan Hidup di Gunung Salak
TRIBUNNEWS.COM/ADI SUHENDI
Anggota TNI sedang bertugas melakukan evakuasi jenazah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Senin(14/5/2012).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puncak Salak Satu atau Puncak Manik menjadi begitu terkenal setelah jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang berisikan 42 orang dengan delapan awaknya pada Rabu (9/5/2012) lalu.

Untuk mencapai ke tempat tersebut begitu sulit, setelah wartawan Tribun ikut bersama Tim F yang akan mencari black box, barulah tahu bahwa lokasinya sangat sulit dijangkau.

Bisa dibayangkan dari Posko Cipelang, Bogor waktu tempuh hampir delapan jam dengan jalan kaki. Sementara dari Posko Cimelati, Sukabumi perjalanan bisa sampai lima jam, dan dari Cidahu, Sukabumi perjalan bisa mencapai enam jam lamanya.

Bukan hanya itu, jalan yang dilalui pun sangat berat, kita harus mempersiapkan fisik kita secara baik karena jalur perjalanan dari tiga titik tersebut cukup terjal.

Setelah melewati ketinggian 1700 meter diatas permukaan laut, di Gunung Salak sudah tidak bisa ditemukan lagi mata air. Sehingga persediaan air harus dipersiapkan matang saat kita akan mencapai Puncak Salak Satu atau Puncak Manik.

Setibanya di Puncak Manik, baik TNI, Brimob, maupun relawan yang ikut evakuasi korban Sukhoi sudah kehilangan tenaga. Di tengah dinginnya udara gunung Salak, tim SAR Gabungan kesulitan air bersih, satu-satunya cara adalah mensuplai air dari Posko Cimelati atau melalui helikopter.

Rata-rata anggota SAR Gabungan mengeluhkan sulitnya air, jangankan untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK) untuk minum pun sangat sulit, sehingga sebotol air menjadi sangat berharga di atas Puncak Manik.

"Air harus diirit-irit karena di puncak sulit air," ujar seoarang anggota PMI yang ditemui Tribun.

Wartawan dan rombongan tim Pramuka dari Cianjur pun harus berbagi air minum dengan anggota TNI yang sudah berada beberapa hari di Puncak Manik.

"Air yang dikirim lewat helikopter hanya diperuntukkan untuk orang yang turun ke bawah (Evakuasi Korban di Tebing Manik," ucap seorang anggota TNI.

Menurutnya, air menjadi sangat penting. Bahkan orang-orang yang mau membuahng hajat pun harus menggunakan tisu atau dedaunan dengan cara menggali tanah terlebih dahulu.

"Air di sini susah, sudah beberapa hari ini kita sulit minum," katanya.

Rata-rata orang-orang yang sakit di Puncak Manik lantaran kekurangan minum atau dehidrasi.

"Inginnya kita pulang tapi komandan belum mengizinkan," ujar anggota Marinir yang sudah dari Rabu (9/5/2012) berada di Gunung Salak.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan