Piala Thomas dan Uber 2012
Curahan Hati Taufik Hidayat Atas Kegagalan Tim Thomas-Uber
Tim Thomas dan Uber Indonesia yang diharapkan mampu kembali menghadirkan prestasi dikancah Internasional
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Thomas dan Uber Indonesia yang diharapkan mampu kembali menghadirkan prestasi dikancah Internasional di ajang Thomas dan Uber yang dilangsungkan di Wuhan, China (20-27 Mei 2012), ternyata hanya mampu lolos hingga babak perempat final.
Menurut salah seorang pemain tim Thomas Indonesia yang turun di nomor tunggal Putra, Taufik Hidayat, ada banyak faktor yang membuat tim Thomas dan Uber kalah, salah satunya adalah kebersamaan.
"Saya sudah tujuh kali membela tim Thomas Indonesia, namun dari kesemuanya baru kali ini saya merasakan kebersamaan yang kurang. Jika tim menang ataupun kalah, kami biasanya berkumpul bersama memanjaatkan doa dan bersyukur, tetapi di tim kali ini tidak ada yang terjadi."
"Pulang dari Wuhan kemarin, malah banyak pemain yang pulang ke Indonesia sendiri-sendiri. Begitu juga yang terjadi di Pelatnas Cipayung, saya melihat atlet malah berlatih sendiri-sendiri," katanya saat ditemui dalam acara Gerakan Moral Mantan Atlet Bulutangkis Nasional Lintas Generasi di Hotel Atlet Century Park, Senin (28/7/2012).
Sebenarnya sudah dari dua tahun lalu menantu Agum Gumelar ini tidak ingin bergabung dalam tim Thomas.
"Saya pikir, saya sudah cukup bermain untuk tim Thomas. Seharusnya masih banyak yang bisa diandalkan, kan katanya sudah ada regenerasi pemain. Namun karena rangking bulutangkis saya masih ada di atas, makanya saya ditawarkan untuk bermain dan saya harus siap," tuturnya.
Peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 ini menyayangkan apa yang dilakukan oleh Markis Kido, sepekan sebelum berangkat ke Wuhan, Markis Kido malah ikut kompetisi bulutangkis di Papua.
"Mana rasa tanggung jawab Markis sebagai seorang pemain, kok bisa satu minggu sebelum berangkat ke Wuhan masih main di Papua, bagaimana kalau dia cidera. Kalau memilih lawan tanding, harusnya diperhatikan dulu siapa lawannya. PB PBSI juga harus disalahkan mengapa memberikan izin kepada Markis," tuturnya.
Taufik juga menyesalkan mengapa pebulutangkis Indonesia sekarang ini seperti mengampangkan suatu kejuaraan.
"Pebulutangkis Indonesia rasa tanggung jawabnya kurang, merasa mereka yang akan terpilih untuk bertanding maka mereka jadi seenaknya sendiri. Dibilang siap, mereka siap, tetapi siap dalam hal apa?Selain itu banyak pebulutangkis Indonesia yang merasa sok dibutuhkan," tambahnya.