Ledakan di Depok
Lokasi Ledakan Bom Ditunggui Nano dan Putrinya
Rumah kontrakan lokasi meledaknya benda diduga bom di Jalan Nusantara Raya, di depan Gang Kecipir, Beji, Depok, Jawa Barat
Penulis:
Domu D. Ambarita

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Rumah kontrakan lokasi meledaknya benda diduga bom di Jalan Nusantara Raya, di depan Gang Kecipir, Beji, Depok, Jawa Barat ditunggui seorang ayah, Nano (usia 60-an), dan Wulan (20-an), putrinya. Saat ini keduanya berada dalam pemeriksaan kepolisian.
Rumah kontrakan tempat kejadian, bangunan berlantai satu, berdiri berjarak sekitar 5 meter dari satu bangunan yang lebih kecil, mirip gubuk-gubuk. Kedua bangunan berdiri di atas hamparan tanah kosong sekitar 1.300 meter persegi.
Bangunan lokasi bom meledak berdiri kurang lebih 15 meter dari Jalan Nusantara Raya. Paling depan, terdekat ke bahu jalan, terdapat pagar besi, kemudian tower saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) listrik.
Kedua bangunan itu, bagian depan dikontrak orang yang belum teridentifikasi. Belakangan mereka menggunakan sebagai tempat panti asuhan, dengan label Yayasan Yatim Piatu Bidara, Yang baru ditempati beberapa bulan terakhir. Sebagian warga menyebut baru ditempati sebulan, sebagian lainnya menyebut tiga sampai empat bulan silam.
Selain rumah kontrakan yang ditempati sekelompok orang, masih simpang siru jumlahnya, antara tiga sampai lima orang, bangunan belakang ditempati seorang ayah yang sudah tua, dengan putrinya. Mereka adalah Nano (sekitar 60 tahun) dan Wulan (20-an).
"Sekarang pak Nano, dan Wulan anaknya dibawa ke Polres," ujar Roy, warga Jalan Kembang Raya, Beji, Depok saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu(9/9/2012).
"Penunggu tanah itu namanya pak Nano, dan anaknya, Wulan. Wulan kerja di pertokoan di ITC Depok sini. Istri Nano di kampung, kayaknya Cirebon, pokoknya di Jabar," kata Mulyadi, yang rumahnya berjarak kurang lebih 50 meter dari lokasi kejadinya. Rumah di luar tembok, di seberang sungai kecil.
Roy mengaku mengetahui banyak hal tentang tanah dan rumah lokasi ledakan.
"Tanah itu milik Pak Haji Lukman Faris, tinggal di Sawah Besar, Jakarta. Tanah ini sudah belasan tahun dibeli, dan dibiarkan kosong," kata Roy.
Karena cukup luas dan dalam kondisi kosong, Roy sekali setahun memanfaatkan lahan tersebut sebagai penampungan hewan kurban yang dijual saat lebaran Haji.
"Setiap lebaran haji, tanahnya saya jadikan tempat penitipan kambing. Saya jualan di depan," kata Roy.
"Rumah kosong dari lama, rumah kontrakan, satu kamar kecil saja. Saya dulu pernah masuk. Dulu kan saya jadikan tempat dagang kambing, menampung kambing. Setiap lebaran haji," kata Roy.
Jonny, warga RT 04/13, yang tinggal dekat rumah Ketua RT setempat, mengatakan semula tanah ini milik warga asli Beji. "Dulu tanah milik Haji Hendra, lalu dijual kepada seseorang," kata Jonny.
Roy dan Jonny mengatakan hal senada. Pemilik tanah ini, yakni Haji Lukman, warga keturunan.
Berita Terkait: Ledakan di Depok