Negara-negara yang Izinkan Perempuan Berperang
Amerika Serikat (AS) akhirnya memberikan izin kepada tentara perempuan, untuk ikut serta terjun langsung ke dalam medan pertempuran.
Meskipun semua unit terbuka bagi perempuan, sejauh ini perempuan dicegah untuk bergabung dalam Pasukan Operasi Khusus Negara.
4. Prancis
Perempuan mengambil porsi hampir seperlima dari militer Prancis, dan mereka dapat bertugas di semua lini, kecuali pada unit kapal selam dan unit the riot-control gendarmerie.
Meskipun diizinkan untuk bertugas dalam pasukan tempur infantri, kebanyakan dari perempuan tidak memilihnya. Hasilnya, hanya 1,7 persen perempuan mengambil bagian dalam pasukan militer Prancis.
5. Jerman
Tahun 2001, Jerman membuka unit pertempuran untuk perempuan, secara dramatis meningkatkan perekrutan prajurit perempuan ke dalam jajaran.
Jumlah Angkatan Bersenjata Perempuan Jerman saat ini lebih tinggi tiga kali lipat dibanding tahun 2001. Tahun 2009, sekitar 800 tentara wanita bertugas di unit-unit tempur.
6. Israel
Tahun 1985, Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mulai menempatkan perempuan pada posisi pertempuran.
Tahun 2009, para perempuan bertugas pada unit artileri, pasukan penyelamat, dan pasukan antipesawat. Sementara, perempuan juga diwajibkan mengambil bagian dalam wajib militer selama dua tahun.
7. Selandia Baru
Perempuan di Selandia Baru mampu bertugas di semua unit pertahanan, termasuk infantri, perlengkapan persenjataan, dan artileri, sejak disahkannya Undang-Undang pada 2001.
Namun, empat tahun kemudian sebuah laporan menyatakan kondisi ini telah mendorong pergesaran dalam masyarakat mengenai 'nilai-nilai perempuan maupun laki-laki'.
8. Norwegia
Tahun 1985, Norwegia menjadi negara pertama yang tergabung dalam NATO, yang mengizinkan perempuan untuk mengemban tugas di semua kapasitas tempur, termasuk kapal selam.
"Beberapa perempuan tertarik dengan infantri dan kavaleri, melakukan pekerjaan hebat di Angkatan Bersenjata Norwegia," ungkap Kolonel Ingrid Gjerde, seorang perwira infantri yang telah mengabdi selam 25 tahun di militer Norwegia.
Gjerde yang juga bertindak sebagai Komandan Pasukan Norwegia di Afganistan pada 2012 menambahkan, "Bukanlah masalah besar bagi perempuan jika ingin masuk ke dalam bidang ini jika mengetahui standar (yang ada), juga bukanlah hal yang sulit bagi perempuan untuk melatihnya hingga mencapai standar tersebut jika mereka benar-benar bertekad." (*)