Verifikasi Parpol
Staf KPU Bocorkan Kecurangan Verifikasi Administrasi di Starbuck
Pembocoran data verifikasi administrasi partai politik oleh internal Komisi Pemilihan Umum dibenarkan oleh Sekjen
Penulis:
Y Gustaman
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembocoran data verifikasi administrasi partai politik oleh internal Komisi Pemilihan Umum dibenarkan oleh Sekjen DPP Partai Republik Heru Bahtiar Arifin. Ia mengetahui data tersebut langsung dari orang KPU yang mengajaknya bertemu.
"Saya pernah ditelepon staf KPU. Kemudian dia menunjukkan memang banyak parpol tak lolos verifikasi tapi lolos," ujar Heru sebagai pengadu dalam sidang dugaan pelanggaran kode etik yang dilakukan KPU di DKPP, Jakarta, Kamis (18/4/2013).
Heru tak melihat staf KPU itu membocorkan data verifikasi administrasi parpol. Ia menilai apa yang dilakukannya untuk menunjukkan bahwa memang ada parpol yang seharusnya tak lolos administrasi namun belakangan KPU meloloskannya.
Pertemuan dengan staf KPU, lanjut Heru, terjadi di Starbuck, FX Plaza Sudirman. Ia tak mengingat pastinya pertemuan tersebut, namun staf KPU ini adalah laki-laki dan menunjukkan data verifikasi parpol yang seharusnya tak lolos menjadi lolos lewat laptopnya.
Atas peristiwa itu, Heru membuat testimoni sebagai bukti tambahan Partai Republik dalam sidang sengketa pemilu mulai dari Bawaslu, Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sampai kasasi ke Mahkamah Agung, isinya staf tadi meminta uang.
Setelah ditanya soal uang dengan jaminan Partai Republik diloloskan, Heru mengaku tidak bisa. Sebagai bekas wartawan dan masuk ke Partai Republik justru ingin melakukan praktik culas yang selama ini terjadi sehingga pemberian uang tidak dilakukan.
Heru semakin tahu ada keculasan KPU, pascapengumuman ada 16 partai yang lolos verifikasi administrasi, padahal lebih dari empat partai yang seharusnya tidak lolos, merujuk data yang diperlihatkan staf KPU kepadanya.
"Data yang ditunjukkannya ada yang sama dan ada yang berbeda. Dua-duanya dari data yang dia bawa ada bahan mentah dan hasil olahan. Dia melihat ketidak adilan terus curhat kebetulan kenal kita ditunjukkan data-data itu dan tidak ada yang lolos," tukasnya.