Jumat, 19 September 2025

Kronologi Ketua BEM UNJ di DO Sang Rektor

Secara mengejutkan Rektor UNJ Prof Dr Djaali menerbitkan Surat Keputusan Pemecatan terhadap Ronny Setiawan dari statusnya sebagai mahasiswa UNJ.

facebook
Ketua BEM UNJ Ronny Setiawan 

Dan responnya, undangan tersebut mendapat respon luar biasa. Seluruh undangan tersebut mengkonfirmasi hadir.

Tetapi, ada upaya penggembosan terhadap rencana FGD kami. Malam harinya, antara pukul 21.00-23.00, kami mendapat kabar secara serempak, seluruh ketua Lembaga OPMAWA (BEMF & BEMJ) di semua fakultas di UNJ mendapat undangan mendadak dari Dekanat Fakultas & jajarannya masing-masing untuk bertemu dengan mereka di pagi harinya, pukul 08.00.

Tanpa diberitahukan ingin membicarakan apa. Kebetulan kah? Tidak. Terlalu sederhana jika itu kebetulan, tanpa ada “The Godfather” yang memberikan instruksi.

Biasanya, menemui untuk minta tanda tangan proposal saja minta ampun susahnya, ada gerangan apakah hingga punya waktu khusus untuk berdialog dengan mahasiswa?

Padahal, niat kami pada sore itu hanyalah ingin berdiskusi, ingin berkumpul. Membicarakan permasalahan kampus. Berdialog penuh solusi. Tanpa ada sedikitpun niat untuk anarkis, berdemonstrasi apalagi akan membakar gedung rektorat. Kami tidak sepicik itu berpikir.

Selasa, 29 Desember 2015, pukul 08.00-12.00 WIB, pertemuan dengan dekanat dan jajarannya dilangsungkan. Kami diajak bertemu dengan dekanat fakultas masing-masing.

Dan sudah bisa ditebak, ucapan semua dekan di tiap fakultas seragam.

Surat undangan FGD tersebut dibacakan di hadapan yang hadir. Undangan FGD kami diartikan sebagai rencana demonstrasi.

Inti dari pertemuan itu adalah: agar kami membatalkan FGD yang dilakukan sore harinya, dan di fakultas lain, meminta agar yang diundang untuk tidak memenuhi undangan yang dibuat Green Force & Tim Aksi se-UNJ.

Kami menolak. Melalui tulisan berjudul “UNJ MASIH GAWAT DARURAT”, kami tegaskan bahwa FGD tetap akan terlaksana, apapun alasannya. Kami juga sempat menolak usulan dari dekanat FIS untuk menggunakan ruangan tertutup dalam pertemuan itu.

Selasa, 29 Desember 2015, pukul 15.00 WIB, “Focus Group Discussion: Mengurai Benang Kusut Kampus Pendidikan” dilaksanakan. Seperti dugaan.

Diskusi kala itu membludak. Tercatat lebih dari 350 mahasiswa UNJ menghadiri forum itu. Semua yang hadir merasakan keresahan bersama.

Di sana mereka menyampaikan aspirasinya. Diskusi kala itu dibuat dengan beberapa kelompok-kelompok kecil sesuai fokus isu. Setidaknya ada 7 forum diskusi kecil: Parkiran, UKT, KKN/KKL, Perpindahan FMIPA, Beasiswa, BEM Prodi, dan kasus pelecehan seksual oleh oknum dosen FIS. Masing-masing isu itu ditunjuk koordinator masing-masing isu untuk memimpin diskusi kecil itu. Di akhir diskusi, setelah masing-masing koordinator menyampaikan sementara kajian, forum kala itu sepakat untuk membentuk gerakan kritis-solutif dalam ALIANSI MAHASISWA UNJ BERSATU.

Rabu, 30 Desember 2015, melalui perantara BEM UNJ, kami atas nama Aliansi Mahasiswa UNJ Bersatu mengajukan surat permohonan audiensi kepada rektorat UNJ.

Tujuannya adalah untuk meminta penjelasan dan klarifikasi atas kebenaran isu yang beredar di kalangan mahasiswa UNJ. Sekaligus meminta penjelasan terkait beberapa isu dalam kampus.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan