Sabtu, 23 Agustus 2025

Pilgub DKI Jakarta

Jadi Wagub, Paku Alam X Siap Membantu Program Sultan Hamengku Buwono X

Satu diantara wakil gubernur yang dilantik adalah Sri Paduka Paku Alam X sebagai Wagub DI Yogyakarta

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUN JOGJA
KBPH Prabu Suryodilogo saat dinobatkan sebagai KGPAA Paku Alam X, Kamis (7/1/2016) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo melantik‎ empat gubernur dan dua wakil gubernur di Istana Negara, Rabu (25/5/2016).

Satu diantara wakil gubernur yang dilantik adalah Sri Paduka Paku Alam X sebagai Wagub DI Yogyakarta yang akan mendampingi Sultan Hamengku Buwono X.

Usai pelantikan, Paku Alam X mengatakan ‎bahwa dirinya siap membantu Sultan Hamengku Buwono X dalam menjalankan tugas sebagai kepala daerah ‎DI Yogyakarta.

Menurutnya, program ia ke depan adalah menyeleraskan dengan program-program yang sudah direncanakan.

"‎Kalau saya sebagai wakil tentu akan membantu beliau. Programnya menyesuaikan saja," kata Paku Alam X.

‎Paku Alam X mengaku akan turut menjalankan pesan Presiden Joko Widodo untuk senantiasa hadir di tengah rakyat.

Dikatakannya, presiden menghendaki agar hubungan antara pemimpin dengan rakyat harus dekat tanpa adanya sekat yang menghalangi.

"‎Presiden berpesan agar pemimpin bisa lebih dekat dengan warga, jangan bekerja di belakang meja. Keinginan beliau (Presiden) bisa dirasakan kehadirannya," ujarnya.

‎Mengenai program-program yang akan dijalankan Paku Alam X sebagai wagub, dirinya menjawab dengan diplomatis.

Ia berkehendak untuk mengikuti program pemerintah pusat dan akan diteruskan ke daerah.

Soroti Kasus Intoleran di Yogya

Dalam kesempatan yang sama, Paku Alam X turut menyoroti kasus intoleran yang terjadi di Yogyakarta.

Menurutnya, memang tidak dapat dipungkiri bahwa intoleransi juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

"Sebetulnya (intoleransi) dimana-mana itu terjadi, kebetulan kota kami kota pelajar jadi sedikit diekspose," ujarnya.

Menurut Paku Alam X, ‎adanya kasus intoleransi karena minimnya ruang terbuka yang menghambat ekspresi masyarakat.

Dikatakannya, para anak-anak muda di Indonesia hendaknya diberikan ruang untuk menyalurkan bakatnya.

"Seperti kita ketahui setelah tertangkapn (pelaku intoleran) mereka stress. Tidak ada ruang menyalurkan aspirasi," ujarnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan