Kamis, 9 Oktober 2025

Ini Tiga Orang Saudara Kandung Jokowi yang Jarang Diekspos

Jokowi sebenarnya memiliki seorang adik laki-laki bernama Joko Lukito, namun meninggal saat persalinan

Editor: Eko Sutriyanto
Repro/KompasTV
Presiden Joko Widodo 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa orang juga mengira Joko Widodo merupakan anak tunggal dari pasangan almarhum Noto Mihardjo dan Sudjiatmi, padahal tidak.

Jokowi memiliki tiga saudara, namun dia laki-laki atau putra tunggal.

Ketiga saudara kandungnya merupakan perempuan, yakni Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati.

Jika Jokowi berlatar belakang pengusaha, sementara ketiga adiknya belum diketahui secara pasti pekerjaannya.

Jokowi sebenarnya memiliki seorang adik laki-laki bernama Joko Lukito, namun meninggal saat persalinan. 

Joko Widodo bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo (kanan), dan adik-adiknya di 'Rumah Saya', Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (20/9/2012) pada saat pencalonan sebagai Gubernur DKI Jakarta. (WIKIPEDIA.ORG)
Joko Widodo bersama ibunya, Sudjiatmi Notomihardjo (kanan), dan adik-adiknya di 'Rumah Saya', Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (20/9/2012) pada saat pencalonan sebagai Gubernur DKI Jakarta. (WIKIPEDIA.ORG) ()

Seperti halnya anak-anak di Jawa Tengah, biasanya mereka mempunyai nama kecil.

Nah, ternyata Presiden Joko Widodo  ternyata punya nama lain.

Semasa kanak-kanak, Jokowi memiliki nama Mulyono. 

Ayahnya berasal dari Karanganyar, sementara kakek dan neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali.

Pendidikannya diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.

Dengan kesulitan hidup yang dialami, Jokowi dulu terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. 

Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. 

Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun. 

Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. 

Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.

Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta.

Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga  masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved