Kesaksian Putri Jenderal Achmad Yani Lihat Ibunya Sering Menangis Pegangi Baju yang Ada Bekas Darah
Dalam buku biografinya, Sepenggal Cerita Dari Dusun Bawuk, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan (2002) Amelia menuliskan larik-larik kesaksiannya.
Suara derap sepatu lars dan deru kendaraan yang meninggalkan rumah mereka.
Semua menjadi potongan-potongan kejadian yang menimbulkan satu pertanyaan besar di dalam benaknya: ada apa sebenarnya?
Kepastian nasib ayahnya didapat Amelia tiga hari kemudian.
Jasad Letnan Jenderal Achmad Yani, Menteri/Panglima Angkatan Darat, ditemukan dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya.
Baca: Pengrajin Karangan Bunga Langganan Budi Gunawan Bersiap Jelang Pernikahan Kahiyang Ayu
Di sana ditemukan juga lima jasad para stafnya di Markas Besar Angkatan Darat; serta satu jasad seorang perwira pertama, Pierre Tendean, ajudan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Abdul Haris Nasution.
Anehnya, hingga kini Amelia mengaku tidak tahu siapa sebenarnya yang menculik ayahnya.
“Penjelasan dari pemerintah juga tidak ada,” tutur Amelia yang kini tinggal di Yogyakarta.
Semua terjadi begitu cepat dan kehidupan keluarganya harus berubah drastis sejak saat itu.
Pasca Penculikan, Kehidupan Anak Jenderal Berubah Total
Peristiwa G30S mengubah kehidupan jutaan rakyat Indonesia.
Terutama bagi mereka yang kehilangan sanak keluarganya, akibat peristiwa pembantaian massal ratusan ribu orang.
Tak terkecuali di dalamnya, keluarga dari para Jenderal yang kala itu juga menjadi korban.
Amelia Yani, putri Letnan Jenderal Achmad Yani, salah satu Pahlawan Revolusi, kala itu baru berusia 16 tahun.
Hari-hari yang kemudian dilaluinya, tidak bisa lepas dari derai air mata dan tekanan psikologis.