Kisah Marwiyah Bekerja 12 Tahun Sebagai TKW di Malaysia Hingga Berniat Buka Usaha Sendiri
"Awalnya sangat baik, semua terjamin. Tapi di ujung 2016 sampai 2017, ekonomi dia sangat turun drastis."
Laporan wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Tekad Marwiyah sudah bulat untuk meninggalkan Malaysia.
Dia sudah berada di sana sekitar 12 tahun menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW).
Marwiyah ingin memperbaiki diri dan ingin berwira usaha.
Kepada Tribun bertempat di Kedutaan Besar Republik Indonesi (KBRI) Kuala Lumpur, perempuan asal Trenggalek itu mengisahkan suka dukanya menjalani hidup sebagai seorang TKI selama belasan tahun di negeri jiran.
Baca: Terkait Suap Pengesahan APBD Jambi, KPK Pastikan Panggil Gubernur Zumi Zola
Sebenarnya, nasib Marwiyah tidak bisa dibilang menderita seperti nasib buruk yang dialami TKW lainnya.
Selama karirnya di sana, Marwiyah hanya bekerja pada satu majikan.
Majikannya keturunan Tiongkok.
Dia juga mendapatkan haknya secara penuh.
Baca: Ketika Jokowi Berpantun Dengan Bahasa Sunda Saat Resmikan Tol Soroja
Hanya saja, beberapa bulan belakangan, bosnya bangkrut dan Marwiyah menjadi pelampiasan majikannya.
Dia menerima ucapan tidak pantas.
"Awalnya sangat baik, semua terjamin. Tapi di ujung 2016 sampai 2017, ekonomi dia sangat turun drastis. Bangkrut. Terus tahu-tahu dia selalu gaduh, timbul masalah, saya jadi pelampiasan," ungkap Marwiyah, Kuala Lumpur, Sabtu (2/12/2017).
Marwiyah pun kadang dituduh mencuri dan bahkan pernah dilaporkan ke polisi.
Karena ketiadaan bukti, Marwiyah tidak diproses.
Baca: Rotasi Jabatan Panglima TNI Berjalan Dengan Penunjukan Hadi Tjahjanto
Selain itu, gaji beberapa bulan tidak dibayar yang nilainya sekitar 3.800 Ringgit.
Tak tahan mengahadapinya, Marwiyah yang tiba di Kuala Lumpur pada tahun 2004 itu akhirnya berkemas dan melarikan diri ke KBRI Kuala Lumpur.
"Tapi ternyata timbul masalah. Dituduh mencuri, saya minta gaji tidak dikasih, ditunggak. Saya lari ke sini. Minta perlindungan," ungkap Marwiyah.
Baca: Ini Surat Presiden Jokowi Minta Marsekal Hadi Tjahjanto Disetujui DPR Jadi Panglima TNI
Marwiyah memang tidak mengalami kekerasan fisik.
Namun, Marwiyah tak kuat karena majikannya sampai hati menuduhnya dituduh mencuri.
Padahal, ungkap Marwiyah, dia mengurus anak majikannya dari baru lahir hingga umur 12 tahun.
Dari KBRI, Marwiyah pernah meneleponnya terkait gaji.
Namun sang majikan sudah menegaskan tidak mampu membayar.
Ikut Pelatihan Keahlian Khusus
Pelarian diri Marwiyah ternyata membuka jalan bagi dirinya.
Dia mendapatkan tawaran ikut pengembangan diri yang ditawarkan KBRI Kuala Lumpur program 'Saya Mau Sukses'.
Mariyah menjadi satu orang bersama 29 orang orang lainnya yang mengikuti 'Saya Mau Sukses' tahap kedua yang diperluas untuk para TKI yang bermasalah.
Mereka mendapat pelatihan menjahit, dan kerajinan tangan lainnya.
Marwiyah mengikuti program yang diselenggarakan KBRI Kuala Lumpur yang bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
BRI lah yang membiayai pelatihan dan yang akan menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kelak bagi para TKI membuka usaha.
Kini, Marwiyah menatap masa depannya.
Dia sudah bisa menjahit dan menyulam.
Namun, dia ingin lebih.
Dia akan mengikuti pelatihan di Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Ciracas, Jakarta Timur pada dari 4-15 Desember 2017.
Mereka diberikan pelatihan membuat kerajinan tangan dan membuat makanan ringan oleh Yayasan Aliefa Sadina.
Selain itu, para peserta akan diberikan pelatihan mengenai kewirausahaan, manajemen keuangan, pemasaran dan distribusi produk.
Usai mendapat pelatihan, Marwiyah akan membuka usaha sendiri di tempat asalnya di Trenggalek.
"Rencana ada diajak program pembuatan keripik pisang, keripik ubi. Habis itu ya apalah nanti. Di sini pengalaman banyak. Saya sudah rancang," ungkap dia.
Sebagai orang yang sudah kenyang makan asam garam dunia TKI, Marwiyah menyarankan agar para calon TKW tidak mengikuti jejaknya.
Bagaimanapun juga, kata dia, lebih enak kera di dalam negeri dibandingkan luar negeri.
"Kalau boleh aduh janganlah. Sebab apa ya, kerja di negara orang itu ada susah senangnya. Selalu main perasaan," kata dia.
Tidak lupa, Marwiyah mengucapkan terimakasih kepada KBRI Kuala Lumpur yang telah memberikan kesemppatan untuknya mengubah nasib.
"Sangat bagus, sangat mendidik. Pokoknya puaslah. Jadi semakin menambah semangat untuk buka usaha," kataperempuan berumur 48 tahun itu.
Faktanya, dari sekitar 80-100 orang TKI yang kini berada di shelter KBRI ternyata tidak semua berminat ikut.