Sabtu, 23 Agustus 2025

Saat Jokowi Bertemu Dosen Pembimbingnya yang Galak di UGM

Presiden Joko Widodo bersilaturahmi dengan sejumlah dosen, alumni, dan mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES
Presiden Joko Widodo menjawab sejumlah pertanyaan wartawan istana kepresidenan dalam acara berbuka bersama di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/7/2015). Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah menteri Kabinet Kerja dan diisi dengan shalat berjamaah dengan wartawan. 

"Saya satu setengah tahun lalu bertemu dengan Raja Norwegia. Beliau cerita ke saya bahwa di Norwegia kandungan tambang banyak sekali, tetapi justru yang dikembangkan adalah sektor kehutanan. Hanya dari situ mereka bisa hidup menjadi negara dengan pendapatan yang sangat tinggi," ujarnya.

Presiden kemudian mencari tahu apa yang menyebabkan mereka bisa memperoleh pendapatan yang sangat tinggi hanya dari sektor perhutanan saja.

"Saya melihat dari hulu hingga hilir dikerjakan secara detail, yang kita tidak melakukannya. Mulai dari penanaman, pemeliharaan, dan penebangan semua dikerjakan dengan manajemen yang sangat detail sekali," ucap Presiden.

Ia kemudian menyinggung soal anggaran besar yang dimiliki oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Dari anggaran yang besar tersebut, menurutnya tidak ada yang membuahkan hasil berupa hutan jadi selain Hutan Wanagama (Yogyakarta) dan Hutan Getas-Ngandong (perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur).

"Artinya apa? Sebenarnya kita bisa. Anggaran di LHK itu besar sekali. Jika tidak kita bangun hutan-hutan itu, nanti hutan konservasi habis. Kita bisa tetapi tidak mau mengerjakan," tuturnya.

Presiden melanjutkan, bahwa saat berkunjung ke sejumlah wilayah Nusantara, ia menemukan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki lahan yang sangat subur. Namun, sayangnya, lahan-lahan tersebut ditelantarkan begitu saja.

"Kita harus blak-blakan, yang paling penting ke depan harus diperbaiki," kata Presiden.

Lebih lanjut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga menyinggung soal program Perhutanan Sosial untuk Rakyat. Menurutnya, rakyat harus diberikan kesempatan untuk dapat mengelola lahan agar menjadi lebih produktif.

"Lahannya ada, rakyat yang menanam, dan mereka harus dikorporasikan, harus menjadi sebuah kelompok yang besar. Dari sanalah rakyat menjual ke sektor hilir seperti pabrik mebel. Cara-cara itu yang saya tangkap di negara-negara Skandinavia," tuturnya.

Presiden pun memastikan bahwa ia akan terus mengawasi urusan perhutanan ini mengingat anggaran besar yang dimiliki LHK.

"Ini akan saya kejar terus. Harus jadi barang karena triliunan dan bertahun-tahun. Artinya mulai saat ini, uang itu harus jadi," ujarnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan