Puluhan Pengungsi Afghanistan dan Sudan Jadi Gelandangan di Jakarta, Padati Trotoar dan Musala
Lebih dari 70 orang dewasa dan anak-anak asal Afghanistan dan Sudan memadati trotoar dan musala warga sekitar Rumah Detensi Kantor Imigrasi Jakarta.
Ia juga mengaku jauh-jauh dari Afghanistan ke Indonesia karena kehidupan yang lebih baik.
Ia menceritakan, hingga saat ini masih terjadi perang antara Sudan dan Sudan Selatan.
"Saya datang kesini berharap bisa mendapatkan tempat tinggal yang layak," ucapnya lirih.
Kepala Rumah Detensi Kantor Imigrasi Jakarta Barat, Morina Harahap mengatakan, pihaknya belum bisa mengizinkan puluhan pengungsi tersebut untuk tinggal di dalam tempatnya karena rumah penampungan masih kelebihan kapasitas.
"Tempat kami sudah over kapasitas. Yang sekarang datang lagi belum ada tempat yang kosong. Ya kami tidak dapat menampung," ujarnya.
Morina mengungkapkan, rumah detensi yang dipimpinnya memiliki 51 kamar dengan kapasitas 85 sampai 102 orang.
Namun saat ini seluruh kamar tersebut sudah terisi 429 orang.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 212 orang merupakan pelanggar imigrasi dan sisanya adalah pengungsi.
Menurut Morina, lebih 70 orang asal Afghanistan dan Sudan yang saat ini tinggal di sekitar rumah detensi merupakan gelombang pengungsi kelima sejak Agustus 2017 lalu.
Sebagian gelombang pengungsi tersebut ditampung di Rumah Detensi Kantor Imigrasi Jakbar dan sebagian ditampung oleh International Organization Migrant (Organisasi Internasional untuk Migrasi/IOM).
Namun sejak pertengahan Desember, IOM pun tidak punya lagi tempat untuk menampung sehingga para pengungsi tetap tertahan di trotoar depan kantornya.
Ia mengungkapkan, banyak dari pengungsi itu merupakan bayi dan balita.
Sementara, rumah detensi tidak dirancang untuk mereka sehingga dapat berdampak pada fisik dan psikis anak-anak tersebut.
"Dari segi kemanusiaan, bayi dibawa berkerumun dengan manusia dewasa bisa berakibat fatal," ujarnya. (Tribun Network/Fahdi Fahlevi/Coz)