Pemilu 2019
PPP, Nasdem, PKS, PAN dan Partai Hanura Terancam Tidak Dapat Kursi di DPR
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai ada lima partai yang terancam tidak dapat memenuhi parliamentary threshold (PT) di Pemilihan Umum 2019.
Penulis:
Glery Lazuardi
Editor:
Dewi Agustina
Romi juga menuturkan strategi partainya untuk merebut suara. Sejumlah figur, seperti tokoh masyarakat, akan digandeng terkait pemilu legislatif.
"Ketiga bahwa struktur serta figur PPP di setiap daerah akan digerakkan secara simultan untuk memenangkan secara bersama. Elemen kader maupun elemen nonkader yang akan kita rekrut di dalam pencalegan yang akan datang," tutur dia.
PDIP, Golkar, Gerindra Papan Atas
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra akan bersaing di papan atas perolehan suara di Pemilu 2019.
Prediksi ini berkaca dari hasil survei yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Berdasarkan hasil survei LSI, Partai Golkar mengalami lonjakan peningkatan pada periode Januari 2018.
Pada periode itu partai berlambang pohon beringin itu mencapai 15,5 persen atau mengalami kenaikan dibandingkan Desember 2017 yang hanya 13,8 persen.
Kenaikan 1,7 persen itu membuat Partai Golkar menempati posisi kedua hasil survei berada di bawah PDI Perjuangan.
Baca: Kecelakaan Kereta Tobu Tojo Jepang Dipastikan akibat Keretakan Besi Kerangka Roda Pembawa Gerbong
Saat ini, partai berlambang banteng hitam itu berada di posisi teratas dari 14 partai setelah mencatat 22,2 persen.
Berkaca dari hasil survei, elektabilitas PDI P dan Partai Golkar melampaui hasil di Pemilu 2014.
PDIP mencatat sebesar 18,95 persen, sedangkan Partai Golkar 14,75 persen.
Sementara itu, Partai Gerindra mencatat 11,4 persen atau mengalami kenaikan 0,2 persen dibandingkan hasil survei satu bulan sebelumnya.
Namun, nilai 11,4 persen itu masih di bawah perolehan di pemilihan legislatif 2014 yang mencapai 11,81 persen.
"Dua partai elektabilitas di atas 2014. PDI P dan Partai Golkar perolehan di atas pemilihan legislatif 2014. (Partai,-red) yang lain stagnan," tutur Rully Akbar.
Selama 2014 sampai Januari 2018, kata dia, elektabilitas partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu mengalami penurunan.