Dalam Bukunya, Sarwono Ungkap Gus Dur yang Sudah Tahu Jalan Hidupnya
Kementerian atau departemen ini tidak pernah ada dalam pemerintahan sebelumnya, baik semasa Soekarno, Soeharto, dan Habibie
Editor:
Rachmat Hidayat
Gus Dur yang ketika itu baru dua tahun menjabat sebagai Ketua Umum PB NU, memang kerap datang menemui Ketua Umum Golkar Sudharmono. "Gus Dur biasa berbicara empat mata dengan Pak Dhar untuk waktu yang lama. Mereka terlihat akrab," tulis Sarwono. Pak Dhar adalah panggilan akrab Sudharmono, yang kelak menjadi Wakil Presiden.
"Sesudah bertemu dengan Pak Dhar, Gus Dur kemudian mampir ke tempat kerja saya untuk mengobrol," tulis Sarwono yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Golkar, yang ruang kerjanya berdekatan dengan ruang kerja Sudharmono.
"Salah satu percakapan kami adalah tentang sejarah maritim dan diakuinya wilayah perairan Negara Kepulauan RI oleh dunia internasional dengan berlakunya United Nations Convention of the Law of the Sea (UNCLOS) ke-3 pada tahun 1982," ungkapnya.
"Pengetahuan Gus Dur tentang sejarah maritim Nusantara amat mendalam dan memberi latar belakang pengayaan pengetahuan saya tentang pasang surutnya pengaruh kerajaan-kerajaan pesisir di kepulauan kita," tulis Sarwono dalam memoarnya, hal 234-235.
Di pihak lain, Sarwono juga punya pengetahuan tentang perjuangan RI dalam mewujudkan Wawasan Nusantara di PBB, yang diawali dengan Deklarasi Djuanda pada 13 Desember 1957.
"Ketika masih berusia 15 tahun, saya pernah menyaksikan Sidang PBB di Geneva pada April 1958, yang merupakan awal pembahasan klaim Indonesia atas wilayah perairan antarpulau kita. UNCLOS ke-3 tahun 1982 adalah kisah sukses perjuangan kita," tulis Sarwono.
Tiba-tiba Gus Dur menyatakan kepada saya, "Nanti suatu saat saya akan jadi Presiden. Sampeyan nanti yang akan saya tunjuk jadi menteri buat urus laut kita".
Saat Sarwono tidak menghiraukan Gus Dur. Percakapan tersebut terjadi ketika Gus Dur umur 46 tahun, sedangkan Sarwono umur 43 tahun. Gus Dur menjadi Presiden RI ke-4 tahun 1999 pada usia 59 tahun.