Keluarga Korban Meninggal Aksi 22 Mei Menolak Otopsi
Syafri Alamsyah (54), ayah Farhan, mengatakan, dirinya menolak otopsi karena tidak ada pihak berwenang yang mendampingi.
Editor:
Choirul Arifin
Syarif mengatakan, dia bersama korban dan rekan-rekannya berangkat Selasa (21/5/2019) tengah malam sekitar pukul 24.00 WIB dari arah Bekasi Timur dengan rombongan sebanyak 20 orang.
Setelah tiba di Petamburan, kata Syarif, sekitar pukul 02.00 WIB terjadi gesekan antara massa dengan aparat.
"Massa dipukul mundur. Aparat masuk ke markas (FPI) dan terjadi baku hantam," paparnya.
Dia mengaku tidak tahu peristiwa awal terjadinya gesekan. Yang dia dengar, kata Syarif adalah banyak suara tembakan saat kejadian.
"Banyak suara tembakan bahkan ada selongsong peluru berjatuhan. Ada sekitar 15 (selongsong)," ceritanya.
Saat kejadian, dirinya berpisah dengan Farhan. Syarif baru tahu Farhan menjadi korban setelah dia menghubungi ponselnya namun bukan Farhan yang menjawab.
"Saat saya telepon yang angkat dari pihak rumah sakit," ungkapnya.
Kemudian dia pun bergegas menuju rumah sakit. Dari keterangan pihak medis disebut bahwa Farhan tewas karena tertembak peluru.
"Luka di sini (sambil menunjuk dada) dan tembus ke belakang," katanya.
Setelah bisa menemui Farhan, Syarif pun langsung mengantar jasad sahabatnya itu ke rumah duka di Kampung Rawakalong, RT 3, RW 7 Grogol Limo, Depok.
"Pertama kali saya ketemu bang Farhan di Bandung mengantar ke rumahnya. Sekarang saya mengantar beliau dari rumah sakit ke rumahnya juga. Insyaallah beliau mati syahid," katanya.
Menurut rencana, jenasah Farhan akan dimakamkan Rabu siang ini, tak jauh dari rumah duka.
Namun, keluarga masih menunggu kedatangan istrinya dari Cikarang, Kabupaten Bekasi, yang merupakan domisili Farhan dan istri setelah menikah.
Laporan: Gopis Simatupang
Artikel ini tayang di Wartakotalive dengan judul Keluarga Tolak Otopsi Korban Tewas Demo 22 Mei, Farhan Syafero