Jumat, 12 September 2025

Lebaran 2019

Idul Fitri di Kampung Sawah : Nilai Kejujuran Bertoleransi Hingga Marga Jadi Perekat

Tidak hanya mereka yang muslim, warga beragama kristen dan menjadi jemaat di Gereja yang letaknya hanya 50 meter dari Masjid, juga turut hadir

Penulis: Amriyono Prakoso
Tribunnews.com/Amriyono Prakoso
Lantunan takbir terus berkumandang, warga Kampung Sawah, Bekasi berbondong-bondong menuju Masjid Agung Jauhar Yasfi yang terletak di pinggir jalan raya Kampung Sawah, Jatimurni, Bekasi, Rabu (5/6/2019) pagi 

Hal itu diucapkan olehnya ketika Tribun bertanya mengenai sikap yang toleran diantara berbagai agama di Kampung Sawah.

"Intinya, kejujuran. Kita harus jujur dengan diri kita sendiri dan mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan," ucapnya.

Dia mengaku, beberapa kali terjadi potensi pergesekan diantara masyarakat.

Tapi, ia yang juga ketua MUI Jatimurni, Bekasi, menjelaskan setiap ada potensi riak gesekan, masyarakat memiliki budaya "ngobrol bareng".

Sehingga, permasalahan dapat selesai secara baik.

Dalam kegiatan itu, seluruh tokoh agama dan pengurus rumah ibadah harus berbicara secara jujur, apa yang sedang terjadi.

Dengan kejujuran itu, solusi yang tepat dapat dihasilkan saat diskusi berlangsung.

"Asalkan semua pihak bisa jujur, apa yang menjadi kekurangan, Insya Allah akan mendapatkan solusi yang baik," jelasnya.

Seorang Jemaat Gereja St. Sevartius Kampung Sawah, Gunawan Napiun mengatakan, salah satu perekat masyarakat setempat, adalah dengan adanya nama Marga di Kampung Sawah.

Beberapa Marga yang ada di sana, yakni, Napiun, Penjol, Centeng, Tibin, Peking, Empi, Sabajan, Kuli, Modo, Yulianus, Seran, Daniel, Kopo, Emeng, Joyo Sasmito Ngapon dan beberapa lainnya.

Dalam satu marga yang sama, lanjut dia, bisa saja berbeda agama.

"Jadi, satu rumah ada dua agama itu biasa saja di sini. Saya juga masih kerabat sama Abah. Dia Encang (sebutan paman dalam bahasa Betawi) saya," ungkapnya.

Kerukunan dalam keberagamaan di Kampung Sawah mulai mendunia. Kata dia, dalam waktu dua tahun terakhir ini, terdapat wisatawan Mancanegara yang datang berkunjung ke pinggiran Jakarta itu.

"Sudah ada wisata toleransi di sini. Kemarin itu ada orang Rusia, Cina, Jerman datang ke sini untuk melihat kerukunan di sini," ucapnya.

Dia mengatakan, selama masyarakat mengedepankan kemanusiaan dalam kehidupan sosial, gesekan antaragama dapat diminimalisir.

Baca: Wasekjen Demokrat Puji Kaesang Pangarep, Ali Mochtar Ngabalin : Skenario Tuhan agar Indonesia Teduh

Terlebih, warga menganggap pendatang yang masuk ke lingkungan Kampung Sawah sudah menjadi saudara ketika meminum air di tanah itu.

"Apapun agamanya, kalau sudah minum air disini, ibaratnya begitu ya. Kami sudah anggap dia sebagai saudara," imbuhnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan