Erupsi Gunung Tangkuban Parahu
Mitos dan Legenda di Gunung Tangkuban Perahu yang Erupsi Sore Ini
Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat mengalami erupsi pada Jumat (26/7/2019) pukul 15.48 WIB.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
Menurutnya, gunung tersebut terlihat bentuknya seperti perahu terbalik karena ada dua kawah yang berdampingan antara arah barat dan timur.
Artinya, gunung tersebut hanya terlihat seperti perahu terbalik dari arah selatan (Lembang) saja.
"Karena ada dua kawah yang berdampingan dengan arah barat dan timur. Jadi, terlihat gunung itu dari arah selatan seperti perahu terbalik. Itu sebabnya mengapa Gunung Tangkuban Parahu, bentuknya terlihat seperti perahu yang terbalik. Jadi hanya orang yang melihat dari arah selatan yang melihat gunung itu seperti perahu yang terbalik," kata Bachtiar di Bandung, Rabu (11/12/2013).
Bachtiar mengatakan, jika dilihat dari arah timur, barat dan utara, sama sekali gunung tersebut tidak terlihat seperti perahu terbalik, melainkan gunung biasa saja.
"Dilihat dari arah barat, engga kayak perahu terbalik, dilihat dari arah timur engga kayak perahu juga dan apalagi jika dilihat dari arah utara, sama sekali tidak berbentuk perahu terbalik," jelasnya.
Bachtiar pun menyinggung soal legenda Tangkuban Perahu, yakni, cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi, di mana diceritakan dalam cerita itu Sangkuriang adalah anak dari Dayang Sumbi. Sangkuriang dan Dayang Sumbi (ibunya) berpisah sekian lama.
Pada suatu waktu, Tuhan mempertemukan kembali antara ibu dan anak itu. Namun, saat keduanya bertemu, Sangkuriang malah jatuh cinta sama ibunya (Dayang Sumbi).
Sangkuriang pun tidak menyadari, jika yang dicintainya itu adalah ibunya sendiri. Jelas, Dayang Sumbi menolak dicintai oleh Sangkuriang karena Dayang Sumbi tahu betul yang mencintainya itu adalah anaknya kandungnya sendiri.
Dayang Sumbi menegaskan, tidak mungkin seorang anak bercinta (menjalin kasih) dengan ibunya sendiri. Namun, saking terpesonanya Sangkuriang dengan kecantikan ibunya itu, Sangkuriang bersikukuh untuk mendapatkan cintanya Dayang Sumbi.
Sangkuriang pun tidak percaya, yang dicintainya itu pun adalah ibu kandungnya sendiri. Sangkuriang terus ngotot mendapatkan cinta Dayang Sumbi.
Hingga akhirnya, Dayang Sumbi memberlakukan persyaratan yang harus dikerjakan Sangkuriang, yakni, membuat perahu dalam waktu satu malam.
Jika perahu itu selesai dalam satu malam, Sangkuriang diperbolehkan Dayang Sumbi untuk menikahinya. Dengan senang hati, Sangkuriang menyanggupi persyaratan itu.
Sangkuriang pun berpikir, tidak mungkin menyelesaikan pekerjaannya itu (membuat perahu) diselesaikan dalam jangka waktu satu malam. Akhirnya, Sangkuriang meminta bantuan jin untuk membantu dan mempercepat pekerjaannya itu.
Sementara, Dayang Sumbi pun tak tinggal diam, saking tidak mau dinikahi oleh anaknya sendiri. Dayang Sumbi pun memanjatkan doa tak henti kepada Yang Kuasa selama Sangkuriang membuat perahu agar pekerjaan membuat perahu tidak selesai dimalam itu.
Berkat doa Dayang Sumbi, akhirnya perjalanan malam berlangsung sangat cepat dan akhirnya terbitlah fajar. Sementara, meskipun Sangkuriang dibantu jin, pekerjaannya pun tidak selesai, padahal tinggal sedikit lagi.