Budi Gunawan Kini Kerap Tersorot Kamera: Gantikan Peran Luhut hingga Sosoknya yang Kontroversial
Belakangan ini, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan yang biasanya jarang muncul di media, kini lebih sering tersorot kamera.
Penulis:
Daryono
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Gunawan yang biasanya jarang muncul di media, kini lebih sering tersorot kamera.
Setidaknya, Budi Gunawan muncul dalam dua momen yang cukup menyita perhatian publik.
Momen pertama adalah pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan rivalnya di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Prabowo Subianto di Stasiun MRT pada Sabtu, 13 Juli 2019.

Adapun momen kedua, Budi Gunawan muncul dalam pertemuan Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di kediawan Mega di Jl Teuku Umar Jakarta, Rabu, 24 Juli 2019.
Kerap munculnya Budi Gunawan akhir-akhir ini disisi lain seakan menggantikan peran Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan.
Pada tahun 2016 lalu, Luhut sukses mempertemukan Prabowo dan Jokowi di kediaman Prabowo, Hambalang.
Baca: Perpres Mobil Listrik, Menteri Luhut Yakin Pekan Ini Ditandatangani Presiden
Bagaimana tanggapan Luhut atas peran Budi Gunawan akhir-akhir ini.
Kini sukses sebagai komunikator Jokowi-Prabowo, sebelumnya Budi Gunawan merupakan sosok kontroversial.
Berikut tentang peran Budi Gunawan hingga sosoknya yang kontroversial sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari Kompas.com, Selasa (30/7/2019):
1. Geser Peran Luhut
Sosok Luhut Binsar Pandjaitan sudah lama dipercaya Presiden Joko Widodo untuk membuka komunikasi Prabowo Subianto.
Pada Oktober 2016, misalnya, saat situasi nasional tengah memanas menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017, Luhut menjadi mediator pertemuan Jokowi dan Prabowo di Hambalang, Bogor.
Pertemuan di rumah Ketua Umum Partai Gerindra itu berakhir manis dengan Jokowi dan Prabowo menunggang kuda bersama.
Luhut lalu menulis kisah di balik aksi menunggang kuda itu di akun Facebook-nya.
Baca: Pengakuan Dahnil Anzar Ditunjuk jadi Jubir Prabowo dan Kader Gerindra
Rupanya, pertemuan itu terjadi diawali dengan makan siang Luhut dan Prabowo terlebih dulu.
"Saya kenal Pak Prabowo sejak dari pangkat letnan. Sudah lebih dari 30 tahun kami berteman walaupun kadang kami berbeda pendapat. Tapi kalau kami sudah bicara tentang NKRI, kami jadi sepakat, kami jadi satu dan kokoh. Kami tidak mau ditawar soal itu," demikian beberapa penggal kalimat yang ditulis Luhut.

Dengan kisah sukses pertemuan itu, tak heran jika Presiden Jokowi kembali menunjuk Luhut sebagai utusan untuk mengatur kembali pertemuan dengan Prabowo pasca-Pilpres 2019 usai.
Luhut Binsar Pandjaitan pun langsung melakukan komunikasi dengan Prabowo Subianto untuk mengatur pertemuan.
"Saya sudah telepon-teleponan dengan Pak Prabowo ya, sudah bicara baik-baik, bicara ketawa-ketawa," ujar Luhut kepada wartawan di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Senin (22/4/2019), lima hari setelah pemungutan suara.
Namun, komunikasi Luhut dan Prabowo tak kunjung membuahkan hasil.
Belakangan, pihak Prabowo menyatakan keberatan dengan langkah Presiden Jokowi yang mengirim utusan.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Andre Rosiade meminta Jokowi untuk langsung menelepon Prabowo.
"Insya Allah Pak Prabowo siap bertemu Pak Jokowi. Tanpa perlu ada pihak ketiga, tanpa makelar, tanpa perantara, tanpa basa-basi politik di media," kata Andre.
Baca: Najwa Kritik Penangkapan Pegiat Literasi yang Pajang Buku DN Aidit, Glenn Fredly Ngadu ke Jokowi
Pertemuan Jokowi dan Prabowo akhirnya baru terjadi pada Sabtu (13/7/2019), hampir tiga bulan setelah pemungutan suara Pilpres 2019.
Kedua tokoh yang sudah menjadi rival sejak Pilpres 2014 itu bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus.
Luhut tak terlihat dalam pertemuan itu.

Sementara Budi Gunawan justru terlihat mendampingi Jokowi.
Saat ditanya terkait perannya dalam pertemuan Jokowi dan Prabowo ini, Budi Gunawan enggan berkomentar.
"Tanya Pak Presiden," kata Budi.
Sementara Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengakui bahwa Budi Gunawan sebagai Kepala BIN ikut berperan dalam menjembatani pertemuan Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Pak Budi Gunawan ini kan Kepala BIN. Beliau bekerja tanpa ada suara. Dan alhamdulillah apa yang dikerjakan hari ini tercapai," kata Pramono di FX, Sudirman, seusai pertemuan.
Namun, Pramono enggan mengungkapkan lebih jauh seperti apa peran Budi Gunawan dalam menjembatani pertemuan ini.
2. Tanggapan Luhut
Apa tanggapan Luhut atas peran Budi Gunawan yang berhasil mempertemukan Jokowi dan Prabowo?
Luhut mengakui ia belakangan tidak terlalu aktif dalam konstelasi politik nasional.
Ia beralasan tengah sibuk dengan tugasnya sebagai Menteri Koordinator bidang Kemaritiman mengurus ekonomi negara.
"Kan ngurusin ekonomi lebih bagus," kata Luhut ditemui setelah mendampingi Presiden Jokowi menerima petinggi Softbank di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (29/7/2019).

Luhut mengaku tak mempermasalahkan munculnya Budi Gunawan menggantikan sosoknya sebagai mediator.
Baca: Fakta Pertemuan Prabowo-Megawati Hari Ini, Tak Dihadiri Jokowi hingga Kembali Munculnya Budi Gunawan
Dia bahkan memuji Budi Gunawan karena telah berhasil menjembatani pertemuan Jokowi dan Prabowo.
"Ya memang beliau lebih anu, kan bagus. Enggak masalah," ujarnya.
3. Mendapat Tugas dari Jokowi
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, Jokowi menugaskan Budi Gunawan untuk membangun komunikasi dengan pihak-pihak yang berseberangan seusai Pilpres 2019.
Salah satu pihak yang didekati Budi Gunawan ialah Prabowo.
Ia menambahkan, peran Kepala BIN dalam menyatukan pihak yang berseberangan saat pilpres bukan sekali ini saja.
"Pak Hendropriyono dulu juga (sering terlibat)," kata Hasto.
4. Sosok Kontroversial
Karier Budi Gunawan hingga kini menduduki jabatan Kepala BIN melalui proses berliku.
Sebelum menjadi Kepala BIN, Budi Gunawan sempat menjadi calon kapolri namun akhirnya ia tak menduduki posisi itu.
Budi Gunawan merupakan lulusan Akademi Kepolisian angkatan 1983.
Pada saat berpangkat komisaris besar, ia pernah menjabat sebagai Ajudan Wakil Presiden pada 1999-2000.
Ia dikenal dekat dengan Megawati lantaran pernah menjadi ajudan presiden kelima itu pada 2000-2004.

Budi Gunawan tercatat sebagai jenderal termuda di Polri saat dipromosikan naik pangkat bintang satu atau brigadir jenderal (brigjen) dengan jabatan sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karo Binkar) Polri.
Kemudian, ia menjabat sebagai Kepala Selapa Polri, yakni lembaga yang menginduk pada Lemdikpol, selama dua tahun dan dipromosikan menjadi Kapolda Jambi.
Baca: Beredar di Pertemuan Jokowi-Prabowo, Budi Gunawan Kembali Muncul di Pertemuan Megawati-Prabowo
Jejak karier polisinya cukup moncer hingga mengantarkannya menjadi Kepala Lembaga Pendidikan Polri (Kalemdikpol) yang membawahkan lembaga-lembaga pendidikan, seperti Akademi Kepolisian (Akpol), Sekolah Staf dan Pimpinan Polri (Sespim), dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).
Namun, karier moncer ini kemudian menjadi kontroversial saat ia tetapkan sebagai tersangka oleh KPK pada 13 Januari 2015.
KPK menduga ada transaksi mencurigakan atau tidak wajar yang dilakukan Budi Gunawan.

Ia diduga menerima hadiah atau janji selama menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier (Karobinkar) Deputi Sumber Daya Manusia Polri periode 2003-2006 dan jabatan lain di kepolisian.
Setelah itu, Budi Gunawan mengajukan praperadilan dan hakim Pengadilan Jakarta Selatan memutuskan penetapannya sebagai tersangka tidak sah.
Penanganan kasus Budi Gunawan kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan Agung pada Maret 2015.
Namun, kejaksaan justru melimpahkan kasus itu ke kepolisian dengan alasan polisi pernah mengusut kasus tersebut.
Setelah dilakukan gelar perkara oleh Polri, dinyatakan bahwa Budi Gunawan tak terbukti menerima gratifikasi dan kasusnya tak layak dinaikkan ke tingkat penyidikan.
Budi Gunawan pun terbebas dari jeratan hukum dan dinyatakan bersih.
Penetapan tersangka Budi Gunawan bertepatan dengan proses pemilihan calon Kapolri.
Ia merupakan kandidat yang diajukan Jokowi.
Ia telah menjalani uji kepatutan dan kelayakan dan dinyatakan lolos.
Namun, muncul gejolak penolakan di masyarakat.
Pencalonan Budi Gunawan memang sejak awal menuai kontroversi.
Rekam jejaknya dianggap kurang baik karena diduga memiliki rekening gendut.
Baca: Ada Peran Kepala BIN Budi Gunawan di Balik Pertemuan Bersejarah Jokowi dan Prabowo
Penetapan tersangka oleh KPK dianggap sebagai gong yang melengkapi dugaan tersebut.
Akhirnya, Jokowi mengajukan Komjen Pol Badrodin Haiti sebagai Kapolri.
Pada 2016, Budi Gunawan kembali masuk ke dalam bursa calon Kapolri menggantikan Badrodin yang segera purnatugas.
Namun, Jokowi pada akhirnya memilih Tito Karnavian sebagai calon tunggal yang diajukan sebagai calon Kapolri.
Untuk Budi Gunawan, Jokowi kemudian mengajukanya sebagai calon kepala BIN menggantikan Sutiyoso pada Februari 2016.
Kemudian, pada September 2016, Jokowi melantik Budi Gunawan di Istana Negara, Jakarta.

Namun, pelantikannya sebagai Kepala BIN menyisakan sejumlah pertanyaan.
Tak hanya prosesinya yang terkesan mendadak, kenaikan pangkat Budi dari komisaris jenderal menjadi jenderal juga menuai polemik.
Kekhawatiran akan dualisme matahari kembar di tubuh Polri pun muncul.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar saat itu mengatakan, kenaikan pangkat Budi menjadi jenderal bersamaan dengan turunnya keppres yang ditandatangani Presiden Jokowi.
Baca: Jadi Target Pembunuhan, Berikut Sekelumit Rekam Jejak Wiranto, Luhut, Budi Gunawan, dan Gories Mere
Menurut dia, kenaikan pangkat itu merupakan sesuatu yang lazim.
Sebab, Budi masih berstatus aktif di kepolisian.
"Tidak masalah dengan itu," kata Boy saat dihubungi.
Dengan kenaikan pangkat itu, ada dua jenderal bintang empat aktif di kepolisian, yaitu Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian.
(Tribunnews.com/Daryono) (Kompas.com/Ambaranie Nadia Kemala Movanita/Ihsanuddin)