Demo Tolak RUU KUHP dan KPK
Wiranto Sebut Demo Mahasiswa Tolak Sejumlah RUU Sudah Tidak Relevan
Wiranto menyebut aksi demonstrasi mahasiswa di sejumlah kota di Indonesia untuk menolak beberapa rancangan undang-undang (RUU) sudah tidak relevan.
Penulis:
Rizal Bomantama
Editor:
Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto menyebut aksi demonstrasi mahasiswa di sejumlah kota di Indonesia untuk menolak beberapa rancangan undang-undang (RUU) sudah tidak relevan lagi.
Menurutnya mahasiswa bisa menyuarakan aspirasinya langsung kepada DPR RI selaku penyusun undang-undang karena Presiden Joko Widodo sudah memutuskan untuk menunda pengesahan beberapa RUU.
Seperti RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Minerba, dan RUU Ketenagakerjaan.
Baca: Awkarin Geregetan Lihat Orang Banyak Hanya Menonton Aksi Unjuk Rasa di Depan Gedung DPR RI
Sementara RUU KPK; RUU MPR, DPR, DPRD, dan DPD serta RUU Peraturan Pembentukan Perundang-undangan menurut Wiranto sudah disetujui Jokowi.
“Sebenarnya dengan ada penundaan pengesahan RUU itu sudah tidak relevan lagi, sudah tidak penting lagi. Saya imbau agar rencana demonstrasi tersebut ditunda karena hanya menguras energi kita, membuat masyarakat tidak tenteram, mengganggu ketertiban umum,” ungkap Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (24/9/2019).
Lebih lanjut Wiranto mengimbau mahasiswa membangun komunikasi yang konstruktif dengan pemerintah maupun DPR RI dalam menyampaikan aspirasinya.
Baca: Sempat Diisukan Balikan, Aming Angkat Bicara Soal Hubungan Evelyn & Roy Kiyoshi, Rela Melepas?
Ia pun mengatakan pembahasan lima RUU akan dibahas dengan anggota DPR RI periode selanjutnya agar mendapatkan masukan yang konstruktif dari masyarakat.
“Saya kira masukan-masukan dari masyarakat mengenai RUU tersebut akan didengarkan oleh DPR RI dan pemerintahan selanjutnya. Masukan dari masyarakat diperlukan agar tidak menimbulkan kerugian serta pro dan kontra di masyarakat,” katanya.
Pukul mundur massa
Mahasiswa yang berunjuk rasa menolak pengesahan sejumlah revisi undang-undang, di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat dipukul mundur aparat, Selasa (24/10/2019).
Mahasiswa dipukul mundur ke arah Slipi serta ke arah cawang.
Tidak hanya jalan arteri, jalan tol yang berada di depan Kompleks Parlemen, Senayan ditutup.
Masih terdengar rentetan tembakan gas air mata dari sisi kanan pengunjuk rasa.
Baca: Penantian Hamil 14 Tahun Berujung Duka, Perempuan Ini Meninggal Saat Melahirkan, Simak Cerita Dokter
Baca: Kisah G30S 1965 - Kronologi Penculikan Mayjen R Suprapto dan Hasil Autopsi Jenazahnya
Pantauan Tribunnews, pihak kepolisan mengerahkan sejumlah kendaraan taktis mulai dari baracuda hingga water canon.
Kepolisian juga tampak menambah pasukan untuk memukul mundur pengunjuk rasa yang sebagian berada di jalan tol.
Rusak water canon
Mobil water canon milik Polisi di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dirusak massa.
Selain merusak kendaraan milik Polisi, demonstran pun merobohkan pagar depan DPR.
Terpantau juga ada motor milik demonstran yang ditinggalkan dan mengalami kerusakan.

Pantauan Tribunnews.com pukul 17.26 WIB, sejumlah personel Brimob memukul mundur demonstran.
Baca: Video Viral 'Penampakan Naga di Kalimantan' Ini Buat Heboh, Kejadian Tahun 2010 Tak Kalah Heboh
Akibatnya Jalan Gatot Subroto arah Slipi maupun arah Semanggi tidak bisa dilewati kendaraan.

Hingga saat ini personel Brimob masih berusaha membubarkan massa pendemo dengan tembakan gas air mata.
Ketua DPR terkena gas air mata
Ketua DPR Bambang Soesatyo atau Bamseot terlihat bercucuran air mata saat terkena asap gas air mata di tengah aksi unjuk rasa yang berlangsung sore ini (24/9/2019).
Pantauan Tribunnews, sekitar pukul 16.45 WIB, Bamseot yang tampak mengenakan kemeja putih terlihat meneteskan air mata di halaman depan Gedung DPR/MPR RI.
Bamsoet meneteskan air mata karena terkena asap gas air mata yang di lepaskan kepolisian untuk menghalau massa mahasiswa.
Sebelumnya, massa mahasiswa dan polisi terlibat bentrok di gedung DPR.
Baca: Demo di Jakarta, Seorang Demonstran Terluka Hingga Dibopong Rekannya Sambil Berlarian ke Pemukiman
Baca: Tidak Puas Layanan Istri, Pria di Samarinda Gagahi Anak Tiri dan Ibu Korban Ikut Membantu
Baca: Pernyataan Lengkap Ketua BEM UI, Manik Marganamahendra soal Dewan Pengkhianat Rakyat yang Viral
Polisi melepaskan gas air mata untuk menghalau massa yang mencoba masuk gedung DPR.
Bamsoet sempat terlihat menghentikan langkahnya saat menuju suatu ruangan di depan halaman Gedung DPR.
Ia bahkan sempat meminta air dan tisu untuk mengelap air mata yang terus menetes.
Bamsoet kemudian bergegas memasuki sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu, sejumlah petinggi kepolisian menyambut Bamsoet.
Belum diketahui maksud pertemuan tertutup Bamsoet dengan sejumlah petugas kepolisian itu.
Sementara, hingga pukul 17.00 wib, polisi masih menembakan gas air mata ke arah massa mahasiswa.
Rawan ditunggangi
Karo Penmas Divisi Humas Mabes Polri Edi Prasetyo menilai aksi ribuan mahasiswa dari berbagai elemen perguruan tinggi di depan gedung DPR/MPR Senayan hari ini, Selasa (24/9/2019) rawan ditunggangi oknum yang memiliki kepentingan dan berusaha menimbulkan kericuhan.
"Khawatirnya, momentum demo yang harusnya damai, dimanfaatkan pihak tertentu yang menghendaki demo itu berakhir tidak damai, tapi demo itu berakhir rusuh," ujar Dedi di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta.
Baca: Rumah Mewah Nia Ramadhani Halamannya Seluas Lapangan Bola, Ada Perosotan di Kamar Anak
Ia mengimbau agar para mahasiswa selalu waspada terkait hadirnya oknum yang berusaha menghasut atau membuat ricuh aksi yang mereka lakukan kali ini.
Sebelumnya massa mahasiswa dari berbagai elemen kampus sejak Senin (23/9/2019) kemarin, melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung MPR/DPR untuk memprotes revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan UU KUHP.