Selasa, 26 Agustus 2025

Demo Tolak RUU KUHP dan KPK

Beda Generasi Old dengan Generasi Z Saat Demo

Meski banyak cap negatif disematkan kepada mereka, nyatanya mereka juga memiliki kepedulian terhadap negaranya.

Editor: Hasanudin Aco
Tribunlampung.co.id/Deni Saputra
Peserta aksi membawa poster bertuliskan kata-kata unik dalam demo di Tugu Adipura, Bandar Lampung, Senin (30/9/2019) 

Namun pada saat bersamaan, generasi Phi juga lebih terbuka dengan hal-hal berbau seksual.

Lihatlah media sosial sebagian generasi Phi yang tak tabu membicarakan soal kesehatan reproduksi, sebagian tak malu memamerkan gaya pacarannya.

Munculnya poster-poster saat unjuk rasa yang menuliskan kata-kata berbau seksual makin mengukuhkan hal itu.

“Internet membuat cara pandang generasi Phi tentang isu seksual maupun kesetaraan jender tidak lepas dari perspektif global,” tambah Faisal.

Internet membuat cara pandang generasi Phi tentang isu seksual maupun kesetaraan jender tidak lepas dari perspektif global.

Kondisi itulah yang dinilai Rahmat memunculkan paradoks.

Di satu sisi, generasi Z sangat konservatif dengan penegakan nilai-nilai yang berorientasi pada kemapanan hidup, namun mereka juga egois.

Mereka juga mengalami indoktrinasi nilai keagamaan yang konservatif, meski teknologi dan lingkungan sosial memberikan mereka kesempatan besar untuk lebih berfokus pada kepentingan diri.

“Tujuan demonstrasi bukan semata untuk kepentingan politik, namun juga momentum untuk meluapkan unek-unek mereka secara terhormat dan diapresiasi,” katanya.

Interpretasi

Menurut Faisal, generasi Phi memiliki interpretasi yang bebas tentang negara, bangsa, dan demokrasi. Mereka tidak pernah mengalami indoktrinasi seperti yang dialami generasi sebelumnya.

Di era Orde Lama, pembangunan nasionalisme dan karakter bangsa mendominasi hingga mewujud pada pelarangan musik “ngak-ngik-ngok”.

Sementara di Orde Baru, budaya populer Barat lebih bebas masuk, namun tidak boleh membicarakan ideologi bangsa di kampus dan sekolah.

Selain itu, selama lebih satu dekade sejak reformasi berlangsung, terjadi kekosongan narasi kebangsaan bagi pemuda.

Saat itu, negara tengah fokus menata sistem politiknya serta pemberantasan korupsi. “Isu pemuda nyaris tidak pernah dibicarakan,” katanya.

Halaman
1234
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan