Selasa, 9 September 2025

Bom di Mapolrestabes Medan

Tanggapan Politisi PAN dan PPP serta Pengamat Terkait Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan

Tanggapan terkait bom bunuh diri di Medan, Politisi PAN: Bangsa kita agak terluka, Pengamat: Dilakukan oleh ISIS, Politisi PPP: Pemerintah kecolongan.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Miftah
YouTube Najwa Shihab
Mata Najwa: Bom Bunuh Diri, Kenapa Lagi? 

TRIBUNNEWS.COM - Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) Ali Taher, tanggapi aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan pada Rabu (13/11/21019).

Menurutunya, pesta demokrasi April lalu belum mampu menuntaskan persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat.

Di antaranya hubungan antara masyarakat, hubungan antara masyarakat dengan pemerintah, sehingga menyebabkan persoalan seperti aksi terorisme.

"Bangsa ini agak terluka, pesta demokrasi kita kemarin belum tuntas untuk menyisihkan persoalan-persoalan hubungan antara warga negara dengan warga negara atau dengan pemerintah," kata Ali dilansir dari YouTube Najwa Shihab (13/11/2019).

Baca: Achmad Baidowi Sebut Pemerintah Telah Kecolongan Terkait Bom Bunuh Diri di Medan: Ini Tak Main-main

Baca: Teriakkan Saksi Setelah Bom Bunuh Diri Meledak di Mapolrestabes Medan, Buat Warga Berlari Ketakutan

M. Ali Taher Parasong
M. Ali Taher Parasong (Arief/mr)

Ali juga menyatakan, ada keterkaitan antara kasus penusukan Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto (10/10/2019), dan aksi bom bunuh diri di Polrestabes Medan.

Keduanya menunjukkan, saat ini sasaran pelaku terorisme yakni lembaga hukum negara.

"Secara garis besar saya ingin memberikan pandangan bahwa mungkin ada persoalan kesenjangan sosial, ketidakadailan, ada perlakuan yang tidak pas untuk masyarakat tertentu," ungkap mantan Direktur Rumah Sakit Islam Jakarta Timur ini.

Selain itu, menurutnya faktor latar belakang pendidikan juga mempengaruhi aksi terorisme.

Hal ini artinya, perlu dilakukan pencarian benang merah terkait persoalan-persoalan tidak harmonis antara hubungan emosional, kultural, dan ideologi.

Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta dalam diskusi di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Senin (15/4/2019).
Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta dalam diskusi di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Senin (15/4/2019). (Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda)

Sementara itu, menurut Pengamat Intelejen dan Keamanan Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta, kelompok terorisme saat ini berbeda dengan kelompok terorisme terdahulu.

Fenomena terorisme saat ini dilakukan oleh ISIS.

"Kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS menganggap obyek atau musuh mereka adalah polisi," kata Stanislaus.

Menurutnya, aksi terorisme saat ini berbeda dengan kelompok Al Qaeda yang menyasar simbol-simbol Amerika, seperti Hotel JW Marriott.

Kelompok terorisme saat ini pun sebenarnya sudah diprediksikan.

"Paska kematian Abu Bakar al-Baghdadi (Pemimpin ISIS), pasti akan memicu balas dendam," katanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan