Sabtu, 13 September 2025

Cerita Sri Mulyani Tanamkan Nilai-nilai Toleransi Kepada Pegawai Kemenkeu Agar Tidak Radikal

Sri Mulyani menceritakan pengalamannya dalam menangani masuknya paham radikal, intoleran, dan eksklusif di lingkungan Kementerian Keuangan

Penulis: Gita Irawan
Editor: Adi Suhendi
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Menteri Keuangan Sri Mulyani masuk Top World's 100 Most Powerful Women versi Forbes. Jadi satu-satunya wanita Indonesia. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani berbagi pengalamannya menangani  pegawainya yang eksklusif baik dari sisi religiusitas maupun primordial, agar tidak menjadi radikal.

Sri Mulyani membagikan pengalamannya dalam acara 'Temu Kebangsaan: Merawat Semangat Hidup Berbangsa' di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis (19/12/2019).

Di hadapan sejumlah tokoh di antaranya Menko Polhukam Mahfud MD, Sekjen Gerakan Suluh Kebangsaan Alissa Wahid, Frans Magnis Suseno, dan sejumlah tokoh serta pejabat lainnya.

Dalam kesempatan tersebut Sri Mulyani bercerita bagaimana dirinya mengajak bicara pejabat eselon I dan II di lingkungan kementerian yang dipimpinnya.

Sesekali nada bicara Sri Mulyani terdengar meninggi saat bercerita.

Baca: Polemik Persekusi Uighur, Ini Komentar Tengku Zulkarnain dan Tindakan Pemerintah

Sesekali juga, ia mengeluarkan candaan yang membuat hadirin tertawa.

Seluruh hadirin tampak menyimak cerita Sri Mulyani tersebut selama hampir satu jam.

Sri Mulyani memulai ceritanya saat dirinya awalawal menjabat menjadi Menteri Keuangan pada Juli 2016.

Saat itu, Sri Mulyani sudah merasakan adanya ketegangan di lingkungan kementerian yang dipimpinnya.

Baca: Soal Pelanggaran HAM Era Jokowi, Mahfud MD: Semua Kejahatan Termasuk, tapi Beda dari Orde Baru

Sri Mulyani saat itu mengaku mendapatkan banyak laporan dan masukan lewat pesan aplikasi WhatsApp yang menyatakan adanya indikasi jajarannya terpapar radikalisme.

Ketegangan tersebut semakin terasa mendekati Pemilu 2019 seiring dengan semakin kuatnya polarisasi dua kubu yang bertarung saat itu yakni pasangan Joko Widodo dan Maruf Amin dengan pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Ia mengatakan, saat itu jajarannya tampak terlihat lebih relijius yang ditandai semangat beribadah yang tinggi dan cara berpakaian.

Tidak hanya itu, sebagian dari jajarannya bahkan menunjukkan perilaku yang tertutup.

Ia pun sempat menemukan unggahan dari sejumlah pejabat yang menunjukan ekspresi keagamaannya di media sosial.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan