Sabtu, 6 September 2025

Virus Corona

243 WNI Dievakuasi ke Natuna Kini Jalani Observasi Kesehatan, Semua Dinyatakan Sehat

Sejumlah 234 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China kini berada di Natuna, Indonesia.

Tribunbatam.id/Beres Lumbantobing
Gelombang massa aksi unjuk rasa masyarakat Natuna terus memuncak, tidak hanya di pintu Bandara Udara Raden Sajad, juga di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Senin (3/2/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah 234 Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China kini berada di Natuna, Kep Riau.

Diketahui, para WNI tersebut kini sedang menjalani observasi kesehatan mereka terkait virus corona.

Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I, TNI Laksmada Madya TNI Yudho Margono mengatakan, hingga hari ini para WNI dinyatakan masih sehat.

Demi menjaga kesehatan, mereka melakukan kegiatan senam dan kegiatan masing-masing.

"Ya kegiatan sehari-hari, tentunya ada yang memonitor terus karena di situ ada 87 tim yang bertugas memantau mereka," terang yang dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Minggu (2/2/2020)

"Tidak ada yang sakit, tidak ada laporan yang sakit. Alhamdulilah sehat-sehat semuanya," tegasnya.

Evakuasi Sempat Ditolak Masyarakat

Sementara itu, proses evakuasi WNI ke Natuna pada Minggu (2/2/2020) mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

Tokoh Masyarakat Natuna, Rodhial Huda menyebut, pernyataan pemerintah yang mengatakan lokasi karantina jauh dengan pemukiman warga tidak benar.

"Dan waktu Panglima TNI mengatakan tempat karantina itu jauh dari penduduk 5 sampai 6 kilometer itu tidak benar," kata Rodhial yang dikutip dari tayangan YouTube Talk Show TVOne, Minggu (2/2/2020).

"Ternyata hanya 1,2 kilometer dari tempat karantina," ujar Rodhial.

Rodhial menjelaskan, jika dari Bandara, Kampung Tua Penagih yang merupakan wilayah penduduk asli Natuna hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

"Tapi karena berada di dalam bandara, tepat di tengah-tengah bendara sehingga dengan penduduk itu hanya 1,2 meter," terang Rodhial.

"Jadi saya tidak tahu Panglima dapat informasi dari mana," terang Rodhial.

Tokoh Masyarakat Natuna Rodhial Huda
Tokoh Masyarakat Natuna Rodhial Huda (Tangkap Layar YouTube Talk Show TVOne)

Oleh karena itu, Rodhial mengatakan, hal tersebut membuat kekhawatiran bagi masyarakat Natuna terkait penyebaran virus corona.

"Ini mengkhawatirkan masayarakat karena seolah amannya kan kalau 5 sampai 6 kilometer," katanya.

"Tapi ternyata jaraknya cuma 1,2 kilometer dari masyarakat," terangnya.

Tak hanya itu, Rodhial juga mengatakan, masyarakat Natuna kaget dengan keputusan pemerintah yang menjadikan Natuna sebagai lokasi karantina.

"Karena pernyataan kepastian di Natuna itu sangat mendadak," tuturnya.

"Yaitu waktu konferensi pers Panglima TNI mengantar keberangkatan penjemput dan itu waktunya sangat singkat," ungkap Rodhial.

Gelombang massa aksi unjuk rasa masyarakat Natuna terus memuncak, tidak hanya di pintu Bandara Udara Raden Sajad, juga di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Senin (3/2/2020).
Gelombang massa aksi unjuk rasa masyarakat Natuna terus memuncak, tidak hanya di pintu Bandara Udara Raden Sajad, juga di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Senin (3/2/2020). (Tribunbatam.id/Beres Lumbantobing)

Menurut Rodhial, pemerintah daerah juga tidak mengetahui informasi tersebut.

Masyarakat Natuna lantas mempertanyakan kenapa wilayahnya dijadikan lokasi untuk karantina WNI dari Wuhan.

"Masyarakat merasa kenapa harus di Natuna? Karena ini menurut masyarakat adalah virus yang berbahaya," terang Rodhial.

Oleh sebab itu, pihaknya telah menyampaikan usulan kepada pemerintah untuk melakukan karantina di tempat lain yang fasiliasnya lebih memadai.

"Seperti di kapal perang, karena sering kapal perang di Natuna besar-besar dan itu lebih memadai," ucap Rodhial.

Meski WNI telah berhasil dievakuasi dan di karantina di Natuna, tapi masyarakat Kabupaten Natuna terus melakukan unjuk rasa menolak kedatangan WNI.

Unjuk Rasa Masyarakat

Dikabarkan, unjuk rasa yang dilakukan oleh masyarakat Natuna berujung ricuh.

Beberapa warga terlihat membakar ban mobil di tengah jalan menuju bandar udara.

Terkati hal itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Natuna Haryadi angkat bicara.

Dikutip dari Kompas.com, ia mengatakan, ada enam tuntutan yang diminta warga Natuna untuk pemerintah pusat.

Berikut enam tuntutan yang diminta masyarakat Natuna kepada pemerintah pusat:

1. Pemerintah daerah dapat menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat.

2. Meminta agar WNI dari Wuhan untuk dipindahkan karantinanya di KRI milik TNI, kemudian, KRI tersebut ditempatkan di lepas pantai.

3. Meminta agar pemerintah daerah dan pusat memberikan kompensasi berupa jaminan kesehatan seperti posko layanan darurat dan cepat.

4. Meminta pemerintah untuk mendatangkan dokter psikiater bagi masyarakay Natuna.

5. Masyarakat Natuna meminta agar Menteri Kesehatan berkantor di Natuna selama proses karantina dan observasi dilakukan di Natuna selama 14 hari.

6. Masyarakat Natuna berharap segala bentuk kebijakan pemerintah pusat yang akan dilakukan di Natuna harus terlebih dahulu disosialisasikan ke masyarakat Natuna.

Apabila pemerintah daerah tidak berhasil menjadi penyambung lidah kepada pemerintah pusat.

Maka masyarakat Natuna akan menyampaikan mosi tidak percaya terhadap pemerintah daerah.

Menkes Ungkap 19 Daerah Teridentifikasi Virus Corona

Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto mengungkapkan ada 19 daerah di Indonesia yang teridentifikasi rawan virus Corona.

Terawan mengatakan, belasan daerah itu merupakan wilayah yang memiliki akses langsung dengan China.

Yakni daerah yang punya jalur penerbangan dan laut yang langsung dari dan ke sana.

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (Tangkap Layar Youtube TVOneNews).
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (Tangkap Layar Youtube TVOneNews). (Youtube TVOneNews)

Diwartakan Tribunnews, hal itu dikatakannya dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Senin (3/2/2020).

"Telah diidentifikasi 19 daerah berisiko yang memiliki akses langsung dari dan ke Tiongkok baik melalui darat laut dan udara," katanya di Ruang Rapat Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta.

Namun demikian, Terawan mengatakan pihaknya menggandeng sejumlah stakeholder lain telah melakukan langkah antisipatif dalam rangka mencegah akses pintu masuk penyeberan virus Corona.

"Upaya deteksi dini yang saat ini adalah upaya cegah tangkal di pintu masuk negara. Tersedia dan berfungsinya sudah dilakukan pengecegahan dengan 195 thermal scanner di 135 pintu masuk negara," ujarnya.

Menkes Terawan menjelaskan hal apa saja yang akan dilakukan terhadap WNI seusai dievakuasi dari Wuhan dan berada di tempat karantina, Sabtu (1/2/2020)
Menkes Terawan menjelaskan hal apa saja yang akan dilakukan terhadap WNI seusai dievakuasi dari Wuhan dan berada di tempat karantina, Sabtu (1/2/2020) (YouTube Talk Show tvOne)

Ia mengatakan pemerintah tidak hanya melakukan persiapan cegah-tangkal di jalur darat, laut dan udara semata.

Namun, persiapan logistik untuk mencegah masuknya virus Corona juga dilakukan, diantaranya penyediaan thermal scanner, masker n-95, hingga APD.

Bukan hanya itu, pihaknya juga menyiapkan 100 rumah sakit yang telah berpengalaman sebagai rumah sakit rujukan virus flu burung.

"Kesiapan rumah sakit rujukan penyakit infeksi emerging perlu dilakukan maping ulang karena 100 RS rujukan flu burung ini ditetapkannya pada 2007," tuturnya.

"Jadi perlu cek dan recheck semuanya," kata Terawan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Chaerul Umam) (Kompas.com/Hadi Maulana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan