Pemulangan WNI Eks ISIS
Pengamat Sebut Anak WNI Eks ISIS di Atas 10 Tahun Sulit Direhabilitasi, Sudah Diajari Aksi Teror
Pengamat terorisme menyebut rehabilitasi ideologi untuk anak-anak warga negara Indonesia (WNI) eks ISIS di atas 10 tahun sangat susah dilakukan
Penulis:
Isnaya Helmi Rahma
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Mengingat masuk di wilayah konflik tidaklah mudah.
"Tetapi nanti akan ada problem bagaimana mengambilnya (anak-anak) WNI eks ISIS," ujarnya.
"Otoritas Kurdi tidak bisa kita akui sebagai negara," imbuhnya.
"Kemlu tidak dapat dengan mudah masuk ke camp itu karena Suriah dan Turki akan marah," kata Ridlwan.
Menurutnya hal ini dikarenakan Kurdi telah dianggap sebagai pemberontak.
"Kalau Indonesia bernegosiasi dengan pemberontak akan dikecam oleh Turki dan Suriah," ungkapnya.
"Saya kira ini problem baru cara bagaimana membawa mereka pulang," imbuhnya.
Pemerintah Buka Opsi Pulangkan Anak-anak WNI Eks ISIS
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyatakan, pemerintah tetap membuka opsi memulangkan anak-anak dari WNI eks ISIS.
Namun Mahfud MD mengatakan opsi tersebut akan diberikan untuk anak-anak yang sama sekali tidak terpapar radikalisme dari orangtuannya.
Sehingga untuk dapat menentukan hal itu, Mahfud MD mengatakan pemerintah akan mengkajinya lebih dalam.
"Anak-anak di bawah 10 tahun akan dipertimbangkan tapi case by case," ujarnya yang dikutip dari Kompas.com.
"Ya lihat saja apakah ada orangtuanya atau tidak, yatim piatu (atau tidak)," imbuhnya.
Selai itu, menurut penuturannya pemerintah akan menelusuri terkait jumlah terbaru dari para WNI eks ISIS.
Baca: Narasumber Tak Ada yang Ngalah soal Polemik ISIS, Kata-kata Hikmahanto Juwana Buat Penonton Bersorak
"Pemerintah juga akan menghimpun data yang lebih valid tentang jumlah dan identitas tentang orang-orang yang dianggap terlibat bergabung dengan ISIS," kata Mahfud.
Berdasarkan data CIA (Central Intelegence Agency), ada 689 WNI eks ISIS yang tersebar di Suriah dan beberapa negara lainnya.
Sebanyak 228 ada identitas dan teridentifikasi.
Sisanya 401 tidak teridentifikasi.
"Sementara dari ICRP (Indonesia Conference on Religion and Peace) ada 185 orang," ujar Mahfud MD. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma, Kompas.com/Rakhmat Nur Hakim)