Sabtu, 9 Agustus 2025

Virus Corona

Beda Pendapat JK dan Achmad Yurianto soal Lockdown Wilayah Corona

Beda Pendapat antara Jusuf Kalla dengan Achmad Yurianto soal kebijakan lockdown untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Penulis: Nuryanti
Editor: Ifa Nabila
unsplash/Viktor Forgacs
Penggambaran virus corona 

TRIBUNNEWS.COM - Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla (JK) menyebut, Indonesia bisa mencontoh China dalam menangani virus corona yakni melakukan lockdown atau mengunci wilayah yang terjangkit.

Sebab, World Health Organization (WHO) telah menyatakan bahwa virus corona menjadi pandemi global dan sangat darurat.

Namun, Indonesia harus siap dalam segi ekonomi jika ingin menerapkan kebijakan lockdown tersebut.

"Negara yang sangat disiplin yang bisa melaksanakan itu."

"Kalau diinstruksikan (lockdown) pasti bisa, tapi memang harus siap ekonominya, siap macam-macam," ujar JK, di kantor Wapres, Jakarta Pusat, Kamis (12/3/2020), dikutip dari Wartakotalive.com.

Baca: Jenazah Saudarinya Dua Hari Terlantar Karena Virus Corona, Pria Ini Posting Pesan Haru di Facebook

Baca: Keluarga Ini Selamat dari Corona Padahal Sembunyi di Pasar Wuhan

Menurut JK, tempat keramaian diusahakan harus bersih, untuk menghindari penyebaran virus corona.

Ia menyampaikan, virus ini sangat cepat menyebar, sehingga diperlukan persiapan untuk menghentikannya.

"Pasti perkembangan wabah itu seperti deret ukur; satu kena, sebar ke tiga, tiga kena, sebar ke tiga lagi."

"Artinya cepat sekali, satu kali tiga kali tiga. Jadi cepat sekali, ini harus kita potong dengan segala persiapan," jelasnya.

Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla. (Ist for tribunnews.com)

Achmad Yurianto

Pemerintah menegaskan, tak akan mengambil kebijakan lockdown atau mengunci wilayah yang terjangkit virus corona.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona, Achmad Yurianto mengatakan, mengambil opsi lockdown justru akan meningkatkan adanya peluang penularan virus corona.

"Kami tidak akan memakai opsi lockdown, karena kalau di-lockdown, malah kita tidak akan bisa berbuat apa-apa," ujar Yurianto di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (12/3/2020), dikutip dari Kompas.com.

Baca: Film KKN di Desa Penari Ditunda karena Corona, Tissa Biani: Sabar

Baca: Berbagai Cara Singapura Tangani Virus Corona: Tidak Pandang Remeh

Meskipun sejumlah negara sudah menerapkan kebijakan tersebut, Yuri menyebut, justru kasus di wilayah tersebut berpeluang akan bertambah.

"Konsekuensinya, kasus (Covid-19) di wilayah itu bisa jadi akan naik dengan cepat," jelasnya.

Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat pejabat tingkat kementerian akan melaksanakan rapat untuk menentukan langkah selanjutnya demi mengantisipasi penyebaran virus corona di Indonesia.

"Ini akan menjadi keputusan bersama yang akan diputuskan di tingkat kementerian," ungkap Yuri.

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan wabah virus Corona, Achmad Yurianto
Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan wabah virus Corona, Achmad Yurianto (Tribunnews/Taufik Ismail)

Yuri lalu mencontohkan opsi lockdown pada kapal pesiar Diamond Princess.

Ia berujar, kapal tersebut menjadi satu diantara lokasi awal virus corona di China, setelah adanya upaya mengunci orang-orang di dalam kapal.

"Begitu di-lockdown (karantina di dalam kapal), (jumlah positif Covid-19) naik angkanya."

"Ya karena orang tidak ke mana-mana, di situ," ujar Yuri, dikutip dari Kompas.com, Kamis.

Baca: Anies Imbau Pengurus Masjid Sisipkan Pesan Kewaspadaan Virus Corona ke Jamaah

Baca: Kematian 1.000 Lebih, Italia Klaim Lockdown Efektif Tekan Corona

Yuri menegaskan, pemerintah memutuskan tak akan memilih opsi lockdown untuk saat ini.

"Lockdown itu supaya tidak ada pergerakan orang sakit keluar atau orang sakit masuk ke dalam."

"Kita tidak akan memakai opsi lockdown," tegasnya.

Ilustrasi wabah Covid-19.
Ilustrasi wabah Covid-19. (pixabay.com)

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Yuri menjelaskan, pemerintah tak akan mengunci wilayah di Indonesia meski banyak pasien yang positif dikatakan sebagai imported case atau tertular setelah bepergian dari luar negeri.

"Untuk apa alasannya lockdown?" kata Yuri di Kantor Presiden,  Jakarta, Rabu, (11/3/2020).

Jumlah imported case dan pasien yang positif corona di Indonesia belum memenuhi unsur yang membuat pemerintah harus menutup pintu akses.

Baca: Kematian 1.000 Lebih, Italia Klaim Lockdown Efektif Tekan Corona

Baca: BREAKING NEWS: Pasien Pertama di Indonesia yang Positif Corona Dinyatakan Sembuh, Pulang Sore Ini

Yurianto kemudian membandingkan jumlah yang terinfeksi Corona di Indonesia dan di Italia.

"Yaelah cuma segitu aja kok lockdown. enggak lah, coba Italia sekarang berapa kasusnya sekarang?" imbuh Yuri.

(Tribunnews.com/Nuryanti/Taufik Ismail/Wartakotalive.com) (Kompas.com/Ihsanuddin/Rakhmat Nur Hakim)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan