Senin, 25 Agustus 2025

Ahmad Djuhara Meninggal Dunia, Begini Kisahnya Menyelamatkan Kota Tua Jakarta

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara meninggal dunia. Hal itu disampaikan Triawan Munaf pada Jumat (27/3/2020).

Penulis: Widyadewi Metta Adya Irani
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo
Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Ahmad Djuhara meninggal dunia. Hal itu disampaikan Triawan Munaf pada Jumat (27/3/2020). 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ahmad Djuhara, meninggal dunia.

Hal itu disampaikan oleh mantan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf, melalui akun Instagram pribadinya, @triawanmunaf, pada Jumat (27/3/2020).

"Selamat jalan, Kang Dju... Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun

Telah berpulang ke Rahmatullah, rekan sejawat kita Ahmad Djuhara, IAI, Ketua Umum IAI 2018-2021.

Semoga Allah mengampuni semua dosa dan kesalahannya, melapangkan kuburnya.

Insya Allah Husnul Khatimah... Tapi, kami kehilanganmu, Kang," tulis Triawan di Instagram.

Dilansir Kompas.com, sebelum menduduki posisi sebagai Ketua IAI tingkat pusat, Djuhara pernah memegang jabatan di IAI Jakarta sebagai Ketua Badan Sistem Informasi Arsitektur (2000-2002).

Ia pun kemudian menjabat Ketua Badan Keprofesian (2003-2006), Ketua Pokja Tatanan Kerja Arsitek di Pemprov DKI (2005), dan Ketua IAI Jakarta (2006-2009).

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, yang mengutip BBC Indonesia, Djuhara terlibat dalam renovasi Kota Tua Jakarta.

Bersama tim di A project by Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC), Djuhara merenovasi bangunan Apotik Chung Hwa.

Untuk diketahui, JOTRC sebelumnya didirikan oleh sejumlah orang yang merasa prihatin terhadap upaya pengembangan kawasan kota tua Jakarta yang saat itu  terkesan berjalan di tempat.

Akibat dilamun waktu, sebagian gedung tua bersejarah di kawasan kota tua itupun mengalami kerusakan dan sebagian ambruk.

Inilah kenyataan pahit yang menjadi keprihatinan "tokoh masyarakat dan pengusaha" yang berada di balik pendirian JOTRC.

Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ahmad Djuhara, usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ahmad Djuhara, usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta, Kamis (21/1/2016). (Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo)

Semasa hidupnya, Djuhara mengungkapkan, ia menerima tugas renovasi Apotik Chung Hwa dalam kondisi bangunan yang sudah hancur.

"Saya menerima penugasan ini, dengan diberikan bangunan yang sudah hancur."

"Jadi, tidak kelihatan lagi jejaknya, kecuali satu fasad di bagian jalan Pancoran Barat," kata Djuhara.

Ketika memulai renovasi, Djuhara mengaku dihadapkan dengan masalah besar.

Ia mengungkapkan, sebagian bangunan itu terpotong oleh pelebaran jalan.

"Maka kami mencoba mengembalikan ke proporsi yang lama, tapi tidak berhasil."

"Jadi kita sedapat mungkin mendekatilah proporsi lama yang kami dapatkan dari foto," paparnya.

Dalam proses renovasi tersebut, Djuhara pun dihadapkan berbagai keterbatasan, termasuk soal anggaran.

Akibat keadaan tersebut, dirinya akhirnya terpaksa untu berkompromi.

"Dengan waktu yang ada, kami membongkar sesedikit mungkin dan itu tidak sempurna," tutur Djuhara.

"Jadi, untuk sebuah kerja yang seberat itu saya hanya bilang itu hasil optimal yang bisa kami dapatkan," sambung arsitek alumni Universitas Katholik Parahyangan, Bandung itu.

"Dan saya bisa bilang, ini bukan hasil yang sempurna," lanjutnya.

Ahmad Djuhara pun mengaku berharap masih mampu menyempurnakan bangunan Apotik Chung Hwa.

"Kami masih berharap, masih bisa menyempurnakan bangunan itu," ungkapnya.

"Masih banyak dendam untuk membuatnya lebih baik." tambah Djuhara.

Penghargaan

Dilansir Kompas.com, selama berkarier di dunia arsitektur, Djuhara meraih sejumlah penghargaan.

Penghargaan tersebut diantaranya:

- IAI Award – Citation Award (2002)

- Penghargaan III - Maket Terbaik dari International Architecture Biennale Rotterdam 2005 untuk Maket Batavia 1681 (2005)

- Penghargaan Utama IAI Award 2008 untuk Rumah Baja Wisnu.

Karya rumah baja ini mengantarkan Djuhara ke jenjang popularitas dan disegani di kalangan arsitek lainnya.

Hingga saat ini, rumah baja tersebut masih berdiri dan kerap dijadikan kajian studi mahasiswa arsitektur dan arsitek pemula.

Djuhara pun pernah diminta untuk menjadi technical reviewer di sejumlah ajang penghargaan seperti PAM Awards 2011 Overseas - House at Kebayoran Baru dan Overseas - House at Pondok Indah.

Kemudian, Aga Khan Award for Architeture Cycle 2013 Museum of Handcraft Paper di Yunnan, China, serta Aga Khan Award for Architeture Cycle 2016 Hutong Children’s Library and Art Centre di Beijing, China.

Djuhara juga dikenal aktif mengikuti pameran baik di dalam maupun luar negeri.

Beberapa pameran yang pernah ia ikuti adalah Pameran Karya Arsitek Muda Indonesia di Staad Huis, Den Haag, Belanda, d'Form, desain produk Indonesia (2005. Lalu Servants Right to Space pada International Architecture Biennale Rotterdam (2005), dan Indonesia Architects Week di Tokyo, Jepang (2011).

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta, Kompas.com/Rosiana Haryanti)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Obituari Ahmad Djuhara, dan Rumah Baja yang Abadi"

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan