Minggu, 7 September 2025

Jalan Terjal Prabowo Subianto Sang Prajurit Tua Menuju Istana

Jika Prabowo sehat dan rakyat menghendaki agar bisa maju kembali sebagai capres di Pilpres 2024, tentu hal itu bukan tidak mungkin terjadi.

Penulis: Dodi Esvandi
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dodi Esvandi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat acara "Temu Pamit Menteri Pertahanan" yang digelar di Gedung AH Nasution, kompleks Kementerian Pertahanan, Oktober 2019 lalu, Prabowo Subianto sempat menyitir pernyataan seorang jenderal Amerika tentang prajurit.

Pernyataan itu ia tujukan kepada Ryamizard Ryacudu, sahabat lamanya yang ia gantikan posisinya sebagai Menteri Pertahanan.

"Terima kasih Pak Ryamizard. Saya yakin Pak Ryamizard akan terus berperan, mengabdi di tempat baru. Kalau orang Amerika, Jenderal Amerika mengatakan, old soldiers never die, they just fade away. Tapi kalau di Asia no. Old soldiers never die and they never fade away. Until they are call by the wall mighty lord, baru kita baru," tutur Prabowo.

"Old soldiers never die" atau "prajurit tua tidak pernah mati " adalah slogan bahasa Inggris dengan versi lengkapnya "Prajurit tua tidak pernah mati, mereka menghilang begitu saja".

Slogan itu berasal dari bait lagu rakyat cerita serdadu Old Soldier Never Die:

Tentara tua tidak pernah mati,

Tidak pernah mati, tidak pernah mati,

Tentara tua tidak pernah mati,

Mereka menghilang begitu saja.

Lagu itu sendiri adalah parodi Angkatan Darat Inggris dari lagu Injil Kind Thoughts Can Never Die.

Baca: Ketika PA 212 dan PKS Kompak Menolak Prabowo Maju Lagi di Pilpres 2024

Sebagai mantan tentara, Prabowo tampaknya sangat menghayati adagium tersebut.

Bagi lulusan Akmil tahun 1974 itu, tak ada istilah pensiun dalam berjuang.

Mungkin lantaran itu pula kemudian muncul wacana Prabowo akan kembali maju dalam pertarungan Pilpres 2024.

Saat kontestasi itu digelar 4 tahun mendatang, Prabowo akan berusia 72 tahun.

Prabowo sebenarnya sudah tiga kali maju dalam kontestasi tersebut.

Baca: Prabowo Diisukan Maju Pilpres, Demokrat : 2024 Miliknya Generasi Muda 

Pada tahun 2019, saat pertama kali fotonya terpajang di kertas suara, Prabowo menjadi calon wakil presiden berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri.

Namun, pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, serta didukung Partai Kedaulatan, Partai Pangan, PNI Marhaenisme, Partai Buruh, PSI, dan Partai Merdeka itu, harus mengakui keunggulan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang memperoleh 60,8 persen suara.

Pasangan Megawati-Prabowo sendiri hanya mendapat 26,79 persen suara.

Baca: Beda Alat Tangkap Ikan Versi Menteri Edhy Prabowo dan Era Susi Pudjiastuti

5 tahun berselang Prabowo kembali maju ke 'medan perang'.

Kali ini, ia menjadi capres berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Mereka menghadapi pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Di palagan keduanya ini Prabowo kembali gagal.

Baca: Prabowo Diprediksi Kalah Lagi Jika Bertarung di Pilpres 2024, Sandi Dinilai Lebih Prospek

Walaupun sempat mengkalim kemenangan dan melakukan sujud syukur, nyatanya pasangan Prabowo-Hatta dengan jargonnya "Selamatkan Indonesia" itu ternyata hanya mendapatkan 46,85 persen suara berdasarkan hasil penghitungan suara yang dilakukan KPU.

Selama lima tahun sejak kekalahan kedua itu, Prabowo kemudian memilih jalan oposisi.

Partai Gerindra yang dipimpinnya, beserta PKS yang ikut mengusungnya pada tahun 2014 itu, memilih berada di luar pemerintahan.

Prabowo memang bukan orang yang gampang patah semangat.

Baca: Prabowo Subianto Minta Kader Gerindra Bersabar Terkait Pencalonan Presiden 2024, Ini Katanya

Pada tahun 2019, ia lagi-lagi maju ke pertarungan Pilpres.

Kali ini, mantan menantu Presiden Soeharto itu menggandeng Sandiaga Uno, sosok pengusaha yang menurut majalah Forbes sempat menduduki peringkat ke-37 orang terkaya di Indonesia.

Tapi, seperti dua percobaan sebelumnya, Prabowo kembali menelan kekalahan.

Pasangan Prabowo-Sandi yang diusung aliansi Koalisi Indonesia Adil Makmur hanya memperoleh 44,5 persen suara.

Pasangan ini kalah dari Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang diusung oleh Koalisi Indonesia Kerja dan mendapat 55,5 persen suara.

Namun ada yang berbeda dibanding dua kontestasi sebelumnya.

Setelah kekalahan ketiganya ini, Prabowo mengambil langkah yang membuat banyak orang terkejut.

Alih-alih kembali menjadi oposisi, ia malah membuat 'langkah kuda' dengan bergabung ke dalam pemerintahan Jokowi-Ma'ruf.

Pria yang pensiun dari militer dengan pangkat Letnan Jenderal itu menerima tawaran dari 'rivalnya' untuk menjadi Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju.

Meski sudah tiga kali gagal, Prabowo ternyata memang tidak pernah jera.

Mungkin dalam pikiran Prabowo, kekalahan demi kekalahan di palagan terdahulu hanyalah kemenangan yang tertunda.

Beberapa hari belakangan muncul wacana Prabowo akan kembali bertarung di Pilpres 2024.

Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, yang pertama kali melemparkan wacana itu.

Muzani mengatakan, jika Prabowo sehat dan rakyat menghendaki agar bisa maju kembali sebagai capres di Pilpres 2024, tentu hal itu bukan tidak mungkin terjadi.

"Tentang pencalonan presiden Pak Prabowo, sekali lagi meminta agar segenap kader Partai Gerindra bersabar, hingga pada saatnya nanti kita akan mengambil keputusan yang terbaik," kata Muzani dalam keterangannya dalam akun Instagram resmi Partai Gerindra, Rabu (10/6/2020).

"Jika beliau (Prabowo) sehat, jika kader meminta, jika rakyat mengharapkan, tentu saja ini akan menjadi cara berpikir beliau, untuk mengambil keputusan pada waktu yang tepat," imbuhnya.

Muzani lantas meminta kepada segenap anggota DPR Gerindra, baik di tingkat kabupaten kota, provinsi, dan pusat untuk terus bekerja dan memperjuangkan aspirasi rakyat.

Dengan cara itu, kata Muzani, Partai Gerindra akan semakin kuat untuk menghadapi pertarungan di Pemilu 2024.

Bisa ditebak, wacana Prabowo kembali maju dalam pemilihan presiden ini langsung menimbulkan pro-kontra.

Ada yang mendukung, tapi tak sedikit pula yang menolak.

Yang menarik, penolakan sebagian justru berasal dari pihak-pihak yang dulu mendukung Prabowo.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) salah satunya. Partai yang pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 selalu berdiri di front terdepan membela Prabowo, kini ogah mendukung kembali sang jenderal.

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengatakan, selama Prabowo masih memenuhi persyaratan sebagai capres, tak ada salahnya maju kembali.

Apalagi, kata dia, setiap orang memiliki hak untuk membangun bangsa.

"Selama memenuhi syarat monggo. Haknya Pak Prabowo dan semua tokoh terbaik negeri untuk maju. Selama niatnya membangun negeri kita dorong dan apresiasi," kata Mardani saat dihubungi, Kamis (11/6/2020).

Meski demikian, Mardani mengatakan partainya tidak akan lagi mendukung Prabowo.

Alih-alih mendukung Prabowo, PKS akan berupaya mencalonkan capres yang berasal dari kader sendiri. Meski saat ini, PKS masih akan membahas siapa kader yang layak maju dalam pilpres 2024.
"PKS akan membuat keputusan melalui Majelis Syuro. Tiap partai selalu berusaha memajukan kadernya," ucapnya.

"Tahun 2024 PKS akan berusaha mengusung kadernya sendiri. Tapi PKS belum akan memutuskan dalam waktu dekat."

Tak hanya PKS yang ogah mendukung Prabowo. Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) yang dulu getol mendukung Prabowo, kini juga tak mau lagi mendukung mantan Danjen Kopassus itu.

Kekecewaan karena sikap Prabowo memilih masuk pemerintahan setelah kalah bersaing dengan Jokowi di Pilpres lalu menjadi pangkalnya.

"Karena umat punya catatan sendiri kepada Prabowo Subianto yang susah untuk dilupakan," kata Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif.

"Pilpres 2019 pengalaman sendiri bagi kami dan untuk perjuangan kami ke depan. Prabowo sudah finis. Biarkan saat ini Prabowo menikmati dan menyelesaikan tugasnya sebagai Menhan," kata Slamet.

Ketimbang memajukan lagi Prabowo, Slamet yang merupakan juru kampanye nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 menyarankan Partai Gerindra agar mengusung sosok baru berkontestasi dalam pilpres mendatang.

"Cukuplah Prabowo Subianto di 2024 menjadi negarawan dengan memunculkan capres baru," kata Slamet.

Peluang Prabowo

Lantas bagaimana sebenarnya peluang Prabowo di Pilpres 2024 mendatang? Secara elektabilitas, Prabowo masih bisa bersaing.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, saat ini hasil survei menunjukan bahwa sosok Prabowo masih berpeluang.

Namun, tak menutup kemungkinan ia akan disalip sosok lain yang saat ini banyak disorot publik karena kinerjanya.

Apalagi dinamika politik ke depan hingga menuju 2024 masih panjang.

Sehingga pergulatan politik dalam waktu 4 tahun mendatang bisa mengubah keadaan karena berbagai kemungkinan masih bisa terjadi.

"Takdir bisa berkata lain jika Prabowo tidak mampu melewati berbagai tantangan dan hambatan di pemilu nanti," kata Karyono.

Di sisi lain analis politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, peluang Prabowo menuju kursi RI1 tetap ada.
Menurutnya, dalam politik tak ada kekalahan abadi.

Adi merujuk pada pengalaman Khofifah Indar Parawangsa yang kalah berulang kali dalam kontestasi di Jawa Timur.

Namun akhirnya mampu terpilih menjadi gubernur.

"Dalam politik tak ada kekalahan abadi, pasti ada upaya untuk selalu menang," kata dia.

Sedangkan Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi mengatakan, peluang Prabowo di Pilpres 2024 harus dilihat dari berbagai pendekatan.

"Soal kans peluang Prabowo pada Pemilu 2024 tentu harus diukur berdasarkan riset yang terukur, tidak bisa berdasarkan asumsi dan persepsi, berdasarkan pikiran liar like or dislike," katanya.

Dari pendekatan perilaku pemilih, kata Pangi, harus dilihat apakah rakyat Indonesia tidak jenuh, masyarakat apakah sudah bosan atau masih merindukan sosok figur Prabowo untuk memimpin Indonesia pada pemilu 2024?

Kemudian yang harus diperhatikan adalah perspektif kebaharuan pikiran, narasi, gagasan.

"Apakah sosok Prabowo masih relavan menjawab kebutuhan rakyat Indonesia? Tantangan yang berat di masa depan, dan apakah masih relevan dibutuhkan masyarakat memimpin Indonesia. Kalau narasi sudah usang, berat bagi Prabowo untuk bertarung dan maju kembali pada Pilpres 2024. Ini kaitannya apakah momentum itu masih ada? Karena soal kerinduan, momentum adalah variebel yang penting untuk disorot," ujar alumnus Ilmu Politik Universitas Andalas itu.

Meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, Prabowo juga mengantongi sejumlah keuntungan yang bisa dimaksimalkan.

Selain menjadi sosok yang paling berpengalaman, peluang Prabowo untuk menang di 2024 bisa menjadi besar jika kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan hasil yang baik.

"Kalau kinerjanya baik untuk menang ada peluang. Tapi itu pun harus dilihat elektabilitasnya menjelang pemililihan," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.

Ujang mengatakan, salah satu indikator untuk menilai seseorang cocok menjadi capres adalah kinerja yang baik di institusi yang dipimpinnya.

Karena itu, selain dengan memilih program dan cawapres yang bisa menggaet suara kaum muda, merangkul kembali pendukung yang lari, Prabowo juga harus mendongkrak kinerjanya sebagai Menhan bisa meningkatkan peluang Prabowo menang di 2024.

"Kalau tak bekerja baik, maka rakyat akan kecewa. Karena ukuran seorang capres itu salah satunya, kinerja yang bagus di institusi yang dipimpinnya," ucap dia.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan