Kamis, 2 Oktober 2025

UU Cipta Kerja

Peneliti Senior LIPI Jelaskan 6 Klaster Pelaku Kerusuhan saat Demo Tolak UU Cipta Kerja

Hermawan Sulistyo menjelaskan ada enam klaster kelompok yang terlibat dalam kerusuhan tersebut.

Penulis: Yudie Thirzano
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
Tangkap Layar Youtube Kompas TV
Prof Hermawan Sulistyo, Peneliti Senior LIPI. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Hermawan Sulistyo, mengatakan kerusuhan yang terjadi bersamaan aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja, Kamis (8/10/2020), telah direncanakan dan terorganisasi.

"Kalau tidak terorganisir tidak mungkin ada ribuan orang bisa turun bareng-bareng. Sebenarnya tidak sulit melacak dari digital forensik," kata Hermawan dalam dialog Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (12/10/2020).

Hadir pula dalam diskusi tersebut tenaga ahli Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian, dan Deklarator KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) Negara, Refly Harun.

Baca juga: Cerita SBY Kerap Difitnah Sebagai Dalang Demo : Saya Tahu Orangnya

Baca juga: SBY Minta Pejabat Negara Ungkap Sosok Dalang Demo Tolak UU Cipta Kerja

Baca juga: PBNU Minta Pemerintah Bongkar Dalang Kerusuhan Demo UU Cipta Kerja: Jangan Hanya yang di Lapangan

Percakapan yang terekam dalam jejak digital bisa menjadi indikasi para pihak yang diduga terlibat.

Hermawan menjelaskan ada enam klaster kelompok yang terlibat dalam kerusuhan tersebut.

1. Klaster pertama adalah mereka yang hanya sekadar ikut-ikutan, senang diajak demonstrasi dan tahu akan ada kekerasan.

"Itu biasa kalau kita tahu karakter anak-anak dalam SMA yang terbiasa dalam lingkungan tawuran. BIasanya korbannya yang ini," kata Hermawan.

2. Kelompok yang mengajak-ajak temannya.

"Biasa ada 5 orang, setengah ada kepentingan, setengah ada pengetahuan sedikitlah."

3. Ketiga adalah mereka yang mengajak dan berbekal materi.

"Dari yang tertangkap itu ada yang bawa uang. Rp 50 ribu khusus untuk nimpuk/melempar. Janjinya dibayar di belakang begitu ketangkap mereka bingung," kata Hermawan.

4. Keempat mereka yang punya konsep di level regional. Misalnya pada kasus yang terjadi di Yogyakarta di Medan.

"Itu klaster regional yang punya kemampuan lebih tinggi lagi," kata Hermawan.

5. Klaster kelima adalah mereka yang juga konseptor tapi punya beragam kepentingan.

6. Klaster keenam adalah mereka yang termasuk dalam kelompok pemberi dana.

"Di puncaknya mendanai dan menjadi konseptor untuk lanjutannya. kalau kita lihat misalnya ada stamenten besok tanggal 13 kita ramaikan, tanggal 14 jokowi turun, itu di klaster paling atas," ujar Hermawan.

Menurut Hermawan, biasanya penyelidikan untuk mengungkap dalang kerusuhan ini terputus di antara klaster tiga dan empat.

Adapun menurut Hermawan, pendemo dari kalangan mahasiswa dan buruh ada di kelompok yang berbeda.

Mereka tidak termasuk dalam klaster yang dijelaskan di atas.

"Klaster ini beririsan dengan kelompok-kelompok lebih ideologis yang berjuang untuk kepentingan ideologis maupun untuk kepentingan partai di sisi sebelah," jelas Hermawan.

Hermawan menyayangkan aksi-aksi mahasiswa yang tidak memberi batas jelas untuk memisahkan dari kelompok perusuh.

Pada era demonstrasi tahun 1998, mahasiswa membuat batas dari tali rafia untuk membedakan dengan massa nonmahasiswa.

Sebelumnya, pemerintah melempar dugaan adanya dalang intelektualis di balik kerusuhan yang terjadi saat aksi menolak UU Cipta Kerja pada Kamis 8 Oktober 2020.

Menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, kerusuhan tersebut telah direncanakan dan terorganisasi.

Mahfud MD mengatakan, aparat tidak menangkap satu pun orang karena melakukan demo tanpa terlibat aksi kerusuhan.

"Puluhan ribu (yang demo) tidak diapa-apain. Ada 243 orang (ditangkap) itu karena merusak, melempar, menjarah, membakar itu yang sekarang ditangkap," kata Mahfud MD dalam tayangan Kompas TV Minggu (11/10/2020).

Mahfud mengatakan terkait kerusuhan, terjadi pola yang sama di berbagai kota yang menguatkan dugaan kerusuhan telah direncanakan.

"Pastilah by design, karena polanya sama, ada demo besar ada yang bikin coret-coretan membakar," kata Mahfud menjawab pertanyaan wartawan tentang dugaan serupa yang dilontarkan oleh Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X.

Sumber: Kompas TV
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved