Senin, 11 Agustus 2025

Penanganan Covid

Masyarakat Diminta Tak Bepergian Saat Libur Panjang

libur panjang itu dikhawatirkan bakal digunakan untuk berlibur atau berkerumun sehingga berpotensi memperluas penularan Covid-19.

Editor: Sanusi
Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19
Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Dewi Nur Aisyah di Media Center Satgas Nasional, Jakarta, Rabu (12/8/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat diminta tidak bepergian selama libur panjang akhir pekan depan dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Kamis (29/10/2020).

Pasalnya, libur panjang itu dikhawatirkan bakal digunakan untuk berlibur atau berkerumun sehingga berpotensi memperluas penularan Covid-19.

Baca juga: Jelang Libur Panjang, Menhub: Libur di Rumah saat Ini Jadi Pilihan Tepat di Tengah Pandemi

Awalnya, Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah membeberkan, temuan pihaknya dalam dua libur panjang selama pandemi, yakni Idulfitri pada Mei 2020 lalu dan HUT Kemerdekaan RI, disusul Peringatan Tahun Baru Hijriah pada Agustus 2020 lalu.

Pada kasus libur Idulfitri dalam rentang 22-25 Mei 2020, angka kasus positif belum terlalu tinggi.

Baca juga: Kemendikbud: Protokol Kesehatan Harus Secara Apik Dijalankan Sekolah

Namun pada 6-28 Juni 2020, kenaikan kasus terlihat cukup signifikan.

"Jumlah rata-rata kasus harian saat itu 600-an. Di pekan pertama Juni ada 674 kasus, pekan kedua Juni 1.013 kasus, naik 1.088 kasus. Naik terus. Jeda kenaikan 10-14 hari," kata Dewi dalam webinar 'Covid dalam Angka: Antisipasi Penyebaran Covid-19 saat Liburan', Kamis (22/10/2020).

Lain halnya dengan libur panjang dalam rentang 17-23 Agustus, saat HUT Kemerdekaan RI dan Peringatan Tahun Baru Hijriah.

Dewi menyebut libur panjang itu menyumbang angka kasus positif Covid-19 lebih tinggi dari libur Idulfitri.

Jika angka kenaikan kasus libur Mei mencapai 69 persen, pada libur Agustus lalu kenaikannya membludak hingga 118 persen.

"Jumlah kasus penambah harian hampir dua ribu kasus. September tiga ribuan kasus. Pekan keempat September kasus per hari (rata-ratanya) 4.362 kasus," ungkap dia.

Dewi menegaskan semakin tinggi positivity rate, semakin tinggi laju penularan.

Namun yang patut diingat juga, semakin banyak orang diperiksa, semakin banyak yang ketahuan posoitif.

"Agustus pekan ketiga (positivity rate naik) 14,65%, tiba-tiba dua minggu awal September (naik) 18,5 persen. Artinya laju penularan bertambah, bukan hanya pemeriksaannya yang naik di lapangan," jelas doktor ini.

Dari gambaran kasus itu, Dewi sebenarnya tak mempermasalahkan libur panjang.

Menurut dia, yang jadi masalah ketika libur panjang diisi dengan mobilitas penduduk yang juga meningkat.

Alhasil, libur panjang itu jadi potensi penularan virus SARS-CoV-2.

"Ketika mobilitas bertambah ada potensi kerumunan. Ada yang tidak patuh dengan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), maka akan terjadi peningkatan penularan," katanya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah lewat Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan protokol kesehatan 3M yaitu Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak.

Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia. Makanya, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.

Catatan redaksi: Bersama-kita lawan virus Corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan