Reshuffle Kabinet
IPO: Tidak Berlebihan Jika Nadiem Makarim Layak Direshuffle
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan sosok Nadiem Makarim yang cocok untuk terkena reshuffle.
Penulis:
Fahdi Fahlevi
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan sosok Nadiem Makarim yang cocok untuk terkena reshuffle.
Dedi mengatakan Nadiem kerap menghadirkan polemik dalam kebijakannya. Dibanding menghadirkan integrasi dalam pendidikan nasional.
Menurut Dedi, Nadiem lebih cocok untuk menjadi menteri yang menangani sektor ketenagakerjaan dibanding pendidikan.
Baca juga: Daftar Menteri yang Layak Diganti Versi Lembaga Survei, Ada Yasonna Laoly hingga Nadiem Makarim
"Membaca kebijakan Nadiem sejauh ini, lebih banyak menghadirkan polemik dibanding integrasi arah pendidikan nasional, sehingga muncul asumsi jika Nadiem lebih sesuai di bidang ketenagakerjaan daripada pendidikan dan kebudayaan," ujar Dedi kepada Tribunnews.com, Rabu (14/4/2021).
"Untuk itu, tidak berlebihan jika Nadiem layak direshuffle, mungkin bukan soal kinerja, melainkan soal ketepatannya di Kemendikbud," tambah Dedi.
Baca juga: Jokowi Segera Lantik Mendikbudristek, Pengamat Prediksi Nasib Nadiem Makarim dan Peluang Abdul Muti
Polemik terbesar, menurut Dedi, yang ditimbulkan oleh Nadiem adalah melupakan essensi pendidikan nasional kita.
"Mengutamakan teknologi dibanding pembangunan karakter bangsa," ucap Dedi.
Dirinya mengungkapkan dalam survei IPO periode Maret-April 2021 nama Nadiem konsisten dianggap publik paling layak diganti.
Nadiem, menurut Dedi, dianggap publik tidak berhasil menghadirkan solusi pendidikan di masa pandemi.
Mantan CEO Gojek itu juga dinilai tidak mampu membangun komunikasi dengan pemangku kepentingan di dunia pendidikan.
Padahal, menurut Dedi, sosok menteri seharusnya mampu membangun harmoni kepada seluruh pemangku kepentingan.
"Buruknya komunikasi kepada stakeholder pendidikan, sehingga wajar jika Nadiem termasuk menteri paling sering mendapat kritik bahkan dari Muhammadiyah sebagai organisasi terbesar pendidikan di Indonesia," pungkas Dedi.