Kinerja Jokowi
BEM UI Juluki Jokowi The King of Lip Service, Fadjroel Rachman Sebut Itu Tanggung Jawab Pimpinan UI
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman angkat bicara soal kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) kepada Presiden Jokowi.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman angkat bicara soal kritikan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Diketahui sebelumnya, BEM UI menjadi sorotan dan perbincangan publik setelah memberikan julukan pada Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service.
Kritikan tersebut disampaikan BEM UI melalui akun Twitter resminya, @BEMUI_Official, Sabtu (26/5/2021).

Baca juga: Jokowi Dikritik BEM UI, SETARA Institute : Kritik Mahasiswa Bagian dari Social Control
Menanggapi kritikan dari BEM UI, Fadjroel menegaskan bahwa segala aktivitas kemahasiswaan di UI, termasuk BEM UI merupakan tanggung jawab dari Pimpinan UI.
Hal tersebut diungkapkan Fadjroel melalui akun Twitter resminya, @fadjroeL, Minggu (27/6/2021).
"Segala aktivitas kemahasiswaan di Universitas Indonesia termasuk BEM UI menjadi tanggungjawab Pimpinan Universitas Indonesia ~ #BungFADJROEL @univ_indonesia," tulis Fadjroel.

Baca juga: Penjelasan Ketua BEM UI soal Julukan Jokowi The King of Lip Service: Ingin Ingatkan Presiden
Tanggapan Dosen Komunikasi UI
Sememtara itu, Dosen Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando, ikut menanggapi soal kritikan mahasiswanya yang memberi julukan pada presiden, 'Jokowi The King of Lip Service.'
Ade menilai, kritik yang disampaikan oleh BEM UI substansinya sangatlah parah.
Justru kritikan tersebut malah menandakan bahwa BEM UI tidak belajar dan tidak mengetahui banyak soal politik yang telah terjadi di Indonesia.
Sehingga menurut Ade, kritikan yang dilontarkan BEM UI untuk Jokowi ini malah terasa dangkal.

Baca juga: BEM UI Sebut Jokowi The King of Lip Service, Demokrat: Kritik Tanda Sayang pada Bapak Presiden
"Jadi saya ingin katakan bahwa substansinya parah banget. Ini menunjukkan kalau mereka enggak belajar. Mereka enggak tahu banyak tentang apa yang sudah terjadi di politik Indonesia."
"Sehingga kritik mereka terasa dangkal," kata Ade dikutip dari tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Senin (28/6/2021).
Lebih lanjut, Ade menegaskan, memang memberi kritikan pada pemerintah itu diperbolehkan.
Namun yang perlu diperhatikan adalah ketika memberi kritik haruslah terlihat pintar.
"Kalau cuma kritik sih boleh-boleh aja, cuma kalau kritik harus keliatan pinter lho," tambahnya.
Baca juga: BEM UI Juluki Jokowi The King of Lip Service, Gerindra Tak Setuju, PPP: Kritik Itu Harus Akurat
Soal Penangkapan Para Demonstran
Tak hanya soal julukan Jokowi The King of Lip Service, Ade juga turut mengomentari soal pernyataan Ketua BEM UI, Leon Alvinda tentang adanya aksi represif atau aksi penangkapan demonstran pada saat demo mahasiswa.
Ade menuturkan jika penangkapan demonstran tidak akan dilakukan begitu saja oleh polisi.
Penangkapan oleh polisi ini dilakukan jika para demonstran atau mahasiswa sudah mulai melanggar aturan.
Di antaranya dengan melakukan pengrusakan pada saat melakukan demo.
Baca juga: Isi Surat dan Nama Pengurus BEM UI yang Dipanggil Rektorat karena Kritik Jokowi King of Lip Service
Ketika itulah polisi turun tangan untuk menertibkan.
Namun yang perlu ditekankan adalah, polisi turun tangan menangkap para demonstran ini bukan atas perintah Jokowi.
"Kemudian soal adanya penangkapan pada para demonstran, ya kan bukan orang ditangkap begitu saja oleh polisi. Tapi ketika gerakan-gerakan mahasiswa itu mulai melakukan pengrusakan."
"Mulai melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Ketika itulah polisi turun tangan dan itu bukan atas perintah Jokowi juga," terang Dosen Komunikasi UI ini.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani)