Jokowi Berterima Kasih kepada Suroto: 'Kalau ndak Ada Kamu, Saya ndak akan Tahu Kondisi di Bawah'
Presiden Jokowi berterima kasih kepada Suroto atas bentuk protes yang dilakukannya itu.
Penulis:
Taufik Ismail
Editor:
Dewi Agustina
"Yang menemui cuma dirjen PKH-nya. Jadi, ndak bisa memberikan solusi, sedangkan kita terjepit posisinya. Usaha itu ndak bisa jalan," kata Suroto.
Baca juga: Cerita Suroto Diundang ke Istana Setelah Bentangkan Spanduk ke Jokowi, Sempat Mengira Bohong
Suroto menuturkan persoalannya memang berat.
Ia menjelaskan pihaknya memproduksi telur seumpama 100 persen saja masih rugi, apalagi ditambah harga pakan.
Karena itulah Suroto kemudian nekat membentangkan poster dengan harapan Jokowi bisa turun tangan.
"Makanya saya punya inisiatif. Kalau saya ndak nekat membentangkan poster, ini pasti ndak akan ditanggapi. Dalam artian, saya percaya ini ndak nyampai ke Pak Jokowi. Saya percaya satu-satunya orang di Indonesia pada saat ini yang bisa menolong peternak ya hanya Pak Jokowi, itu saja. Tidak ada tendensi politik apa-apa ya ini, murni saya sebagai peternak mandiri," tutur Suroto.
Suroto menemui Presiden Jokowi tidak sendirian. Ia ditemani peternak lain, termasuk Ketua Pinsar Petelur Nasional (PPN), Yudianto Yosgiarso.
Menurut Yudianto, dalam pertemuan itu Presiden Jokowi menginstruksikan kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Perdagangan M Lutfi untuk menurunkan harga pakan jagung peternak menjadi Rp 4.500 per kg.
"Pak Jokowi menginstruksikan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan secepatnya karena kondisi pakan saat ini mahal, Pak Jokowi menginstruksikan bahwa peternak harus diberikan pakan jagung Rp 4.500," ungkap Yudianto.
Baca juga: Buntut Aksi Nekat Peternak, Presiden Minta Harga Jagung Bagi Peternak Rp4500 Per Kilogram
Yudianto berharap Kementerian Pertanian segera mengimplementasikan instruksi Jokowi itu.
Dengan demikian, harga pokok produksi (HPP) peternak bisa turun dan menekan kerugian.
Menurutnya, harga pakan jagung beberapa waktu terakhir melonjak menjadi Rp 6.000 per kg.
Padahal, normalnya sekitar Rp 4.500 per kg.
"Kami menagih janji ini karena saat ini telur khususnya kami peternak telur rugi besar," terang Yudianto.
Di samping itu ia juga meminta kepada Kementerian Sosial untuk menggunakan telur dalam menyalurkan bantuan sosial (bansos).
Bantuan itu bisa masuk dalam program keluarga harapan (PKH) dan bantuan pangan non tunai (BPNT).