Pujian untuk Presiden Jokowi dari Kishore Mahbubani Disebut Subjektif dan Berbahaya
Ubedilaj Badrun menilai pujian Prof. Kishore Mahbubani kepada Presiden Joko Widodo yang menyebutnya jenius dan paling efektif terlalu subjektif.
Berikut ulasan Profesor Kishore Mahbubani yang dikutip Tribunnews.com, Kamis (7/10/2021):
Profesor Kishore Mahbubani memulai tulisannya dengan mengulas sedikit soal pemerintahan Afghanistan yang runtuh baru-baru ini dimana seluruh dunia menyaksikannya.
Berbeda dengan Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar dunia ini justru menghasilkan pemimpin yang dipilih secara demokratis di dunia yakni Presiden Joko Widodo yang dikenal sebagai Jokowi.
Profesor Kishore Mahbuban menyebut terpilihnya Jokowi sebagai Presiden RI semakin luar biasa karena Jokowi telah berhasil memimpin salah satu negara paling rumit di dunia untuk diperintah.
Indonesia secara geografis adalah negara besar.
Indonesia membentang 5.125 kilometer (3.185 mil) dari timur ke barat, membuatnya lebih luas dari benua Amerika Serikat dan terdiri dari 17.508 pulau.
Selain itu, hanya sedikit negara besar yang dapat menandingi keragaman etnis Indonesia.
Ketika ekonomi Indonesia menyusut 13,1% pada tahun 1998 sebagai akibat dari krisis keuangan Asia, banyak pakar meramalkan bahwa Indonesia akan runtuh seperti Yugoslavia.
Namun kenyataannya pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap membaik.
Jokowi dinilai telah melakukan lebih dari sekadar memerintah secara kompeten. Dia telah menetapkan standar pemerintahan baru yang seharusnya membuat iri negara-negara demokrasi besar lainnya.
Di awal menjabat presiden Indonesia, Jokowi telah menjembatani kesenjangan politik Indonesia.

Profesor Kishore Mahbubani menjelaskan bahwa hampir satu tahun setelah Joe Biden memenangkan pemilihan presiden AS pada 2020 namun 78% pendukung dari Partai Republik masih tidak percaya dia terpilih secara sah.
Biden menjabat sebagai senator AS selama 36 tahun tetapi dia tidak dapat memulihkan perpecahan di Amerika setelah Pilpres.
Sebaliknya, capres dan cawapres yang dikalahkan Jokowi dalam pemilihannya kembali 2019 yakni Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno kini menjabat di kabinetnya (masing-masing sebagai menteri pertahanan dan menteri pariwisata).
Lebih khusus lagi, Profesor Kishore Mahbubani mengatakan jika Jokowi telah membalikkan momentum pertumbuhan partai-partai politik paling “Islamis” di Indonesia yang sebagian diantaranya menjadi partai inklusif.