Minggu, 28 September 2025

Muktamar NU

Yahya Cholil Staquf: Percayalah Saya Tak Mencalonkan Jadi Presiden

Pernyataannya merujuk peristiwa ketika dirinya masih menjadi juru bicara Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Katib Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Jakarta, Sabtu (4/12/2021). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Apa nanti yang akan dibahas oleh NU di dalam muktamar nanti?

Ada banyak hal, karena sekarang kita mendapatkan banyak, kreasi-kreasi baru, di dalam masyarakat ini, dalam ekonomi misalnya ada moda-moda keuangan baru yaitu uang Krypto.

Itu membutuhkan respon, karena Nahdlatul Ulama ini bukan hanya organisasi masyarakat biasa tetapi organisasi keagamaan. Yang memang bertugas dan tanggung jawab memberikan bimbingan keagamaan.

Sehingga perlu memberikan kepada masyarakat perspektif keagamaan dari Nahdlatul Ulama, tetapi Nahdlatul Ulama ini organisasinya ulama ini, orang-orang yang bertanggung jawab dalam, terhadap wacana keagamaan. Bagaimana perspektif dari keagamaan dari Nahdlatul ulama memenuhi hal-hal baru seperti keuangan crypto itu nanti akan menjadi salah satu bahasan. Nah di samping itu ada hal yang lebih mendasar yang terkait dengan persoalan-persoalan fundamental dihadapkan dinamika realitas baru, seperti sekarang soal tanah.

Walaupun NU bukan parpol, perkembangannya pemilu 99 waktu Pilpres lewat MPR. Gus Dur masih ketua PBNU saat itu, kemudian 2004 Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi capres bu Megawati. Lalu kemudian 2019 Rais Aam PBNU jadi cawapres. Artinya NU masih belum lepas dari urusan politik?

Itu dia ini karena konstruksi organisasi, itu bagiannya, harus kita akui kenyataannya memang secara mental sebagian besar aktivis NU masih punya orientasi ke sana (politik) walaupun dalam soal Gus Dur sebenarnya ini sangat unik situasinya.

Tapi kemudian dalam situasi normal ternyata masih juga ada orientasi ikut dalam berkompetisi dalam politik. Ini menurut saya perlu diadress dikelola lebih lanjut supaya ada transformasi yang terarah menuju kembalinya NU sebagai organisasi keagamaan dan organisasi sosial kemasyarakatan.

Maka sejak awal saya nyatakan bahwa saya sama sekali tidak mau menjadi calon presiden atau cawapres di 2024, dan saya tidak ingin ada capres cawapres dari PBNU nantinya. Itu bagian dari upaya ini supaya bertransformasi betul supaya warga NU siap mental dan harus ke situ lagi.

Andai nanti Gus Yahya terpilih, apakah masih akan tertarik di politik? 2024 adalah tahun politik, Pilpres, pileg, pilkada.
Menurut saya ini mutlak, saya pribadi tidak akan mencalonkan diri atau bersedia dicalonkan juga, tidak mau maju.

Kenapa? Kan enak?

Oh saya sudah pernah dan nggak enak. Serius saya sudah sampaikan di sejumlah media saya sudah pernah menjadi presiden RI. Pernah, serius, dan nggak enak.

Jadi sewaktu saya ikut Gus Dur sebagai juru bicara dalam konferensi OKI di Doha, Qatar, waktu itu sebetulnya saya nggak ada kerjaan. Beberapa hari cuma keluyuran saja di lobi, ketemu orang sana sini ngobrol.

Sementara yang boleh masuk mengikuti hanya boleh presiden dan menteri luar negeri. Jadi saya hanya berkeliaran saja di sekitar venue.

Waktu hari terakhir, sesudah sesi terakhir yang selesai sekitar jam 10 malam. Presiden keluar dengan menteri luar negeri dan disambut oleh para staf, termasuk saya ikut menggerombol di situ. Tiba-tiba Gus Dur bilang saya capek sekali. Saya sudah nggak kuat, saya mau istirahat saja.

Terus diingatkan bahwa ini cuma break sebentar, sesudah ini ada acara penutupan. Nggak, nggak saya sudah nggak kuat, mau tidur. Tiba-tiba Gus Dur bilang itu biar Yahya saja yang masuk nanti, beliau bilang begitu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan