Jika Terwujud, Rafale dan F-15 Bakal Jadi Kekuatan Mematikan Indonesia Hadapi Ancaman dari Utara
Meski tidak secara eksplisit menyebutkan China, tapi Pemerintah AS secara berkelanjutan telah berusaha meminta Indonesia meningkatkan kekuatannya.
Editor:
Malvyandie Haryadi
Prabowo menjelaskan, rencana pembelian itu sudah termasuk Air-independent Propulsion (AIP) beserta persenjataan dan suku cadang yang dibutuhkan termasuk latihan.
Selain itu, Kementerian Pertahanan dan Dassault Aviation juga telah menandatangani kontrak akuisisi enam jet Dassault Rafale.
Keenam unit ini merupakan tahap pertama dari total 42 jet yang rencananya akan dibeli Indonesia. Prabowo menyebutkan, 36 unit lainnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.
Selanjutnya, Dassault Avation dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) juga menjalin kerja sama untuk maintenance, repair dan overhaul pesawat-pesawat Perancis di Indonesia.
Kemudian ada juga penandatanganan kerja sama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group serta kerja sama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.
Dengan adanya sederet kerja sama itu, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia dan Perancis memasuki periode "status tertinggi" terkait kerja sama di bidang pertahanan yang telah terjalin sejak 1950.
"Saat ini status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi yaitu kita telah menandatangani perjanjian kerja sama pertahanan pada tanggal 27 Juni 2021," imbuh dia.
Tercatat, sejumlah negara telah menggunakan jet tempur Rafale di antaranya Perancis, Mesir, Qatar, dan India.
Pesawat tempur buatan Dassault Aviation ini mampu melakukan serangan darat dan laut, pengintaian, serangan akurasi tinggi, serta pencegahan serangan nuklir.
Jika pembelian Rafale dan F-15 terwujud, kekuatan TNI AU akan melonjak drastis.
Meski pun kalah secara kuantitas dengan China, Rafale dan F-15 dinilai banyak pengamat secara kualitas masih di atas rata-rata pesawat tempur Negeri Tirai Bambu tersebut, termasuk J-20 Dragon, yang digadang Beijing setara dengan F-22 Raptor Amerika.
Pengamat: Rugi jika batal!
Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berpendapat Indonesia akan rugi jika rencana pembelian 42 pesawat tempur Dassault Rafale dan kapal selam Scorpene dari Perancis batal.
Fahmi memandang yang terpenting dari pembelian tersebut adalah potensi peningkatan kapabilitas pertahanan Indonesia, bukan konteks geopolitiknya.
Jika terealisasi, kata dia, maka postur pertahanan Indonesia akan lebih baik.