Selasa, 2 September 2025

Bursa Capres

Pengamat Membaca Peluang Anies Baswedan Dipinang NasDem Sebagai Capres 2024

Bahkan sekelas ketua partai sekalipun, jika tidak memiliki popularitas ataupun elektabilitas, akan sulit didorong untuk menjadi capres atau cawapres.

Editor: Johnson Simanjuntak
Sumber Lain
Anies dan Ahok 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti menyebut, hal terpenting dari pencalonan presiden adalah popularitas dan elektabilitas

Tanpa itu, kata Ray, akan sulit bagi parpol manapun untuk mencalonkan kandidat tertentu.

Bahkan sekelas ketua partai sekalipun, jika tidak memiliki popularitas ataupun elektabilitas, akan sulit didorong untuk menjadi capres atau cawapres.

Begitu juga dengan Nasdem. Akan sulit mendorong jajaran elitnya yang tidak memiliki dua pokok di atas. 

"Dan faktanya, sejauh ini, belum ada satupun kader Nasdem yang memiliki popularitas apalagi elektabilitas yang bahkan mencapai 2 persen. Maka pilihannya adalah mencari figur yang dapat diasosiasikan dengan Nasdem," kata Ray dalam keterangannya, Jumat (6/5/2022).

Ray menambahkan, figur seperti itu tentunya datang dari capres populer dengan elektabilitas yang terus menaik dari kalangan non partai. Sebab, jika datang dari kader partai politik tertentu, akan sulit di'Nasdem'kan. 

Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti.
Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Ray Rangkuti. (tangkap layar)

Selain dua sarat di atas, tambahan sarat lain adalah kedekatan idiologis/visi/misi dan historis. 

"Dan yang tidak kalah pentingnya adalah rekam jejak baik sifatnya pribadi maupun kinerja," tambahnya.

Ray mengatakan, dari 4 kriteria itu, Anies Baswesan memiliki dua setengah kriteria. Popularitas dan elektabilitas

Setengahnya lagi ada pada kedekatan historis. Anies pernah bersama-sama perahu keluarga besar Nasdem. 

Tetap Anies juga memiliki satu setengah kelemahan. Yakni idiologi menyangkut toleransi, pluralisme dan non identitas dalam pemilu. 

"Sekalipun akhir-akhir ini, Anies mencoba memperlihatkan sikap toleran dan terbuka dengan keragaman, tetapi tetap sulit menghapus luka dan kesuraman pilkada DKI Jakarta yang sarat dengan politik identitas sepanjang sejarah pemilu di Indonesia. Dan uniknya, korban dari politik identitas itu salah satunya adalah Nasdem sendiri," papar Ray.

"Inilah masalah utamanya bagi keduanya. Apakah Anies dapat diterima setelah Nasdem jadi korban politik identitas di Pilkada DKI, dan sebaliknya apakah Anies mampu memberi penjelasan soal maraknya politik identitas yang menimpa Ahok dan pendukungnya saat itu. Ataukah keduanya melihat praktek politik identitas itu sebagai sesuatu yang biasa saja dalam hajat politik Indonesia," tambahnya.

Soal kinerja, Ray menyebut, Anies mendapat tantangan serius dari banyak tokoh. Ada Ridwan Kamil, Erick Tohir dan Ganjar Pranowo. 

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Tangkapan Layar Youtube Pebby Adheliana)

Ketiga tokoh ini merupakan saingan berat Anies dalam hal kinerja. Ganjar, Ridwan dan Erick adalah tipe pemimpin yang berani mengambil resiko untuk melakukan keputusan politik.

"Sementara Anies terlihat seperti gaya mengayun dan memilih jalur aman. Di sinilah persaingan jadi ketat," jelas Ray.

Sebelumnya, santer menguat kabar bahwa Partai NasDem aman menentukan calon presiden 2024 pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Juni 2022, mendatang.

Sejumlah nama capres santer akan diajukan ke Ketua Umum NasDem Surya Paloh.
 

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan