Putra Ridwan Kamil Kecelakaan
Kesaksian Ridwan Kamil atas Kiprah Eril Semasa Hidup: InsyaAllah Pergi dalam Panjang Umur
Ridwan Kamil memberi kesaksian atas kiprah sang putra, Emmeril Khan Mumtadz atau Eril selama hidupnya.
Penulis:
Arif Tio Buqi Abdulah
Editor:
Pravitri Retno W
"Eril, kamu niatnya pergi mencari ilmu dan pelajaran, malah akhirnya, kamulah yang memberikan ilmu dan pelajaran kepada kami semua," tulis Emil.
Baca juga: Pertama ke Kantor Gubernur Setelah Musibah Meninggalnya Eril, Ridwan Kamil Ajak Anak Angkatnya
Baca juga: Warga Bandung Padati Gedung Pakuan Sampaikan Belasungkawa Meninggalnya Eril
Berikut selengkapnya tulisan Ridwan Kamil tentang kiprah Eril sang Putra:

"KAPAN KITA PULANG
Kisah tentang Eril, anak lelaki kesayangan kami, hakekatnya adalah cerita tentang kita semua. Hakekat bahwa semua dari kita, pasti akan pulang. Dengan waktu, tempat dan cara yang kita tidak akan pernah selalu tahu.
Hidup di dunia ini sesungguhnya adalah tentang perjalnan bukan tujuaan. Dan seperti cerita setiap perjalnan, kisah selalu dimulai dari sebuah titik awal. Dan kisah akan selesai di sebuah titik akhir. Dan untuk setiap yang datang, pasti akan ada saatnya untuk kembali pulang.
Agar perjalan selamat, maka petunjuk jalan dan bekalnya harus kita siapkan. Petunjuk jala adalah keimanan Bekal perjalanan adalah anfauhum linnas yaitu tas berisi pahala ama--amal kebaikan kita.
Itulah hakekat cerita Ananda Eril
Kami sekeluarga sudah mengikhlaskan, bahwa sesungguhnya ia sudah selesai dengan perjalanannya. Paripurna hidupnya dengan segala amalannya. Ia berpulang kepada pemilik sesungguhnya sesuai jadwalnya.
Jadwal yang sudah tertulis di kitab takdir Allah yaitu di Lauhul Mahfudz
Seandainya kami bisa bertukar tempat. Seandainya. Pastilah itu yang setiap orangtua akan lakukan
Namun logika manusia tidak sama dengan ketetapan takdir. Dan jika terdengar cucuran tangis ibunya setiap malam dan raungan tak bersuara ayahnya, itu semata karena hati kami hancur berkeping-keping.
Saat ini kami sedang menggapai tali keimanan dan keihkhlasan, agar bisa memandu kami beradaptasi terhadap takdir ini.
Kami meyakini, sesungguhnya ada dua cara menilai panjang pendeknya umur manusia. Yang pertama, menilai dengan penjangnya umur biologis yang dihitung dengan bulan atau tahun. Itu kebiasaan kita.
Namun, ada cara kedua, yaitu menghitung berapa panjangnya, lamanya dan besarnya amal kebaikannya saat ia hidup di dunia fana ini
Ananda Emmeril Kahn Mumtadz, mungkin umur biologisnya hanya 23 tahun, namun dengan luasnya amal kebaikannya, Insya Allah sungguh ia pergi dalam panjang umur.