Bursa Capres
PDIP Bereaksi Ketika Jusuf Kalla Sebut Parpol Menengah Bakal Jadi Penentu Capres
Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI, Jusuf Kalla (JK) menyebutkan bahwa partai menengah yang akan menentukan capres 2024.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI, Jusuf Kalla (JK) menyebutkan bahwa partai menengah yang akan menentukan Capres 2024.
Menanggapi hal itu, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan koalisi dibangun lantaran ada kesamaan agenda, bukan soal partai besar dan kecil.
"Koalisi akan dibangun dengan kesamaan agenda, bukan pada partai besar dan kecil," kata Hasto di Kantor Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (17/6/2022).
Menurutnya, partai disatukan oleh gagasan, semisal sama-sama menyepakati platform perjuangan bangsa kedepan, baik soal pertanian hingga pangan.
"Semua anak bangsa harus membangun energi positif bagi kepentingan bangsa dan negara," ujar Hasto.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) menyebut, tahun 2022 itu merupakan tahun romantis untuk berpolitik.
Baca juga: Hadir di Rakernas NasDem, Jusuf Kalla: Tahun Ini Romantis, Semua Cari Pasangan yang Cocok
Sebab, di tahun ini banyak pihak yang sedang mencari pasangan untuk bisa maju dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Hal itu disampaikannya saat memberikan materi seminar yang bertajuk 'Perjalanan Bangsa dalam Kepemimpinan Nasional' dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasional Demokrat (NasDem), di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (16/6/2022).
"Banyak yang katakan tahun ini politik akan panas. Saya katakan tidak, ini yang romantis," kata JK.
"Karena sama kayak orang pacaran, semua cari pasangan yang cocok, memenuhi syarat, cari pasangan. Begitulah suasana politik. Kadang keras, romantis, ujungnya yang terbaik terpilih. Memang tidak mudah jadi tahun romantis karena banyak hal jadi faktor," imbuhnya.
Menurut JK, elektabilitas menjadi satu di antara beberapa faktor kendala para aktor politik mencari pasangan.
"Pasangan, partai dan elektabilitas. Ini jadi satu suasana sulit. Elektabilitas tinggi tapi tidak ada partai. Ada yang terbaik punya partai, punya partai tapi tidak terbaik," ucapnya.
Selain itu, parliamentary thershold yang tinggi juga menjadi faktor.
Baca juga: Diusung NasDem Jadi Capres, Nasib Andika Perkasa Diprediksi Bakal Sama Seperti Gatot Nurmantyo
JK menilai parliamentary threshold sering kali menjadi batu sandungan partai-partai karena mereka ingin mengusung kader, namun tidak bisa karena terhalang syarat persentase untuk mengajukan calon.
"Partai yang menengah atas itu, ya, memenuhi syarat. Tapi kalau elektabilitas tinggi tapi tidak ada partai? Jadi bagaimana gabungan dua ini? Jadi yang ambil peranan bukan partai besar, tapi partai menengah," tandasnya.