Rabu, 13 Agustus 2025

Mahasiswa UI Tewas Ditabrak Purnawirawan

Cat Mobil Pajero AKBP Purn Eko yang Lindas Hasya Diganti, Pakar Duga Wujud Code of Silence Polisi

Pakar menduga digantinya cat mobil Pajero AKBP Purn Eko yang melindas Muhammad Hasya diganti adalah bentuk code of silence atau kode senyap polisi.

Tribunnews.com/ Fahmi Ramadhan
Kondisi mobil Pajero milik purnawiran Polri AKBP (Purn) Eko Setia Budi Wahono yang terlibat kecelakaan dengan mahasiswa UI Hasya Attalah di Jalan Raya Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, menjelang rekonstruksi kejadian, Kamis (2/2/2023) pagi. Pakar menduga digantinya cat mobil Pajero AKBP Purn Eko yang melindas Muhammad Hasya diganti adalah bentuk code of silence atau kode senyap polisi. 

TRIBUNNEWS.COM - Pakar psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menyoroti perubahan cat mobil Mitsubishi Pajero milik AKBP Purn Eko Setio Budi Wahono yang melindas mahasiswa UI, Muhammad Hasya Attalah Syahputra hingga tewas.

Sebelumnya, berdasarkan rekaman CCTV yang beredar, tampak mobil milik AKBP Purn Eko itu berwarna hitam.

Namun, ketika rekonstruksi ulang digelar, cat mobil tersebut berubah menjadi warna putih.

Reza pun menduga bahwa pergantian cat mobil AKBP Purn Eko ini adalah upaya merekayasa barang bukti.

Sehingga, menurutnya, hal ini tidak boleh disepelekan oleh pihak kepolisian.

"Pergantian cat mobil ini akan disikapi seperti apa oleh polisi? Sebagai upaya merekayasa barang bukti agar jejak-jejak tabrakan lenyap? Jadi, jangan sepelekan itu dengan serta merta menganggapnya sebagai ganti cat mobil belaka," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (3/2/2023).

Baca juga: Pihak Hasya Atallah Anggap Rekonstruksi Ulang Mengandung Maladministrasi, Keluarga Buat Laporan Baru

Selain itu, Reza menilai adanya pergantian cat mobil itu adalah bentuk code of silence atau kode senyap dari kepolisian untuk menutup-nutupi keslahan yang dilakukan oleh AKBP Eko.

"Wajar kalau publik mengendus jangan-jangan pada kasus ini terjadi lagi kode senyap alias code of silence."

"Itu lho, subkultur toksik yang ditandai oleh kecenderungan personel polisi menutup-nutupi kesalahan sejawat mereka. Endusan publik bisa saja keliru," jelasnya.

Tidak hanya itu, Reza juga menyoroti penetapan tersangka terhadap Hasya oleh Dirlantas Polda Metro Jaya karena dianggap lalai.

Ia pun mengingatkan pernyataan Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang menginginkan Korps Bhayangkara mengedepankan 'problem solving dan restorative justice.

"Artinya apalagi dalam kasus laka lantas, masuk akal kalau polisi tidak buru-buru pakai mindset litigasi atau pemidanaan tulen. Termasuk dengan menetapkan seseorang sebagai tersangka, kendati status tersangka juga bukan berarti dia mutlak bersalah.

Baca juga: Alasan Pensiunan Polri Tidak Gunakan Mobilnya Bawa Mahasiswa UI ke Rumah Sakit Usai Kecelakaan

Sehingga, Reza menganggap penetapan tersangka terhadap Hasya hanya memenuhi faktor kepastian hukum tanpa adanya keadilan.

Tak hanya itu, keputusan tersebut pun dinilainya sebagai wujud penegakan hukum yang kebablasan atau overcriminalization.

Reza pun meminta agar kasus tewasnya Hasya diselesaikan dengan cara restorative justice.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan