Rabu, 1 Oktober 2025

Pilpres 2024

Cegah Pilpres 2024 Cuma Diisi 2 Poros Capres, Jusuf Kalla Juga Pesimistis Bisa Satu Putaran

Wacana Pilpres 2 poros tak layak diteruskan alias tidak perlu diperpanjang lagi.

Penulis: Reza Deni
Editor: Choirul Arifin
zoom-inlihat foto Cegah Pilpres 2024 Cuma Diisi 2 Poros Capres, Jusuf Kalla Juga Pesimistis Bisa Satu Putaran
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Menteng Jakarta Pusat membersihkan kotak suara yang disimpan sementara di kantor Kecamatan Menteng, Selasa (19/6/2012). TRIBUNNEWS/HERUDIN

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polemik tentang wacana Pilpres 2024 hanya perlu diikuti 2 poros pasangan capres-cawapres terus bergulir dan belakangan menjadi pro-kontra di masyarakat dan juga di kalangan politisi dan pemerhati politik.

Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah berpendapat wacana Pilpres 2 poros tak layak diteruskan alias tidak perlu diperpanjang lagi.

Dia menegaskan, para politisi seharusnya mensyukuri kini muncul tiga kandidat capres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Karena itu, dia meminta semua pihak mulai memikirkan hal-hal yang lebih memberi maslahat bagi kepentingan nasional. Bukan malah terus menciptakan konflik tidak beralasan antar kelompok di masyarakat agar saling berhadap-hadapan secara ektrem.

"Sekarang kita sudah ada tiga calon. Kita berharap sekali dengan tiga calon ini, coba mulai kita bikin agak tenang sedikit. Kita tidak harus bertengkar terus, apalagi mempertengkarkan hal-hal yang semakin memperuncing konflik," kata Fahri Hamzah saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks bertajuk 'Pilpres 2024: Mengupas 2 atau 3 Pasang Capres?', dikutip Kamis (5/10/2023).

Dalam diskusi yang dihadiri politisi PDIP Aria Bima dan Ketua Balpilpres Projo Panel Barus itu, Fahri secara tegas mengatakan, semua kandidat capres dan partai politik (parpol) pendukung harus menyadari adanya ketidaksempurnaan Sistem Pemilu kita sekarang.

"Kita harus memikirkan betul kali ini, bahwa dengan tiga kandidat ini kita harus menyadari ada ketidak sempurnaan sistem, tapi paling tidak dengan tiga kandidat ini supaya kita bisa mengelola ketidaksempurnaan itu, dalam menentukan pilihan terbaik," katanya.

Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini menilai Sistem Demokrasi Liberal yang kita dalam Sistem Pemilu 2024 sekarang tidak memfaslitasi nominasi atau kriteria seorang capres yang memiliki narasi, tetapi mengedepankan kombinasi adanya kecocokan saja.

Baca juga: Hitung-hitungan Jusuf Kalla soal Pilpres 2024: Kemungkinan Terbesar 2 Putaran

Sehingga tujuannya hanya untuk mencari perbedaan sebagai sumber konflik saja, bukan persamaan dan persatuan. Akibatnya, kerap menciptakan konflik yang tidak beralasan.

"Partai Gelora sedari awal menghendaki satu sistem atau desain yang memungkinkan bangsa ini menerima kenyataan bahwa bangsa kita temasuk salah satu bangsa yang paling aneh di dunia, karena bisa mengumpulkan perbedaan dalam jumlah yang begitu banyak. Alhamdulillah kita tetap bisa bersatu, sekarang sudah 78 tahun kita merdeka sebagai bangsa dan negara," katanya.

Fahri mengatakan, para elite nasional dan para pimpinan parpol saat ini baru menyadari, bahwa tingginya presidential treshold (PT) sebesar 20 persen ternyata merugikan mereka.

Baca juga: IndoStrategic: Dampingi Anies di Jawa Tengah, Mesin Parpol Koalisi Perubahan Terus Bergerak

Akibatnya, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan nominasi dalam penentuan capres, dan lebih mengedepankan kombinasi politik pragmatis sesuai dengan kepentingan politik masing-masing.

"Kita syukuri treshold sekarang menyerah pada hasil survei. Kita sekarang seperti meniti jembatan terjal, di kiri dan kanan ada jurang, Maka perlu kebesaran hati untuk tidak memperuncing perbedaan, dan kita bisa selamat, serta mendapatkan presiden baru pada 20 Oktober 2024," ujarnya.

Baca juga: Butuh Minimal 85 Juta Suara, Jusuf Kalla Pesimistis Pilpres 2024 Hanya Satu Putaran

Presiden terpilih pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 nanti diharapkan dapat mendesain ulang Sistem Pemilu yang terbaik untuk Indonesia, yang bisa mengakomodasi perbedaan untuk persamaan, bukan sebagai sumber konflik.

"Saya kira ikthiar yang dilakukan PDIP dan Projo, kita tidak bisa menolak. Tetapi dengan tiga kandidat ini, kita memang perlu kebesaran hati, adanya persoalan sistem ini yang harus kita perbaiki ke depan. Kita semua sedang berikhtiar supaya kita selamat di 2024 nanti," pungkasnya.

Jusuf Kalla: Pilpres 2024 Sulit Jika Hanya Satu Putaran

Di kesempatan terpisah, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12, Jusuf Kalla (JK) pesimistis Pilpres 2024 akan bisa terjadi hanya dalam satu putaran.

JK beralasan pasangan calon (paslon) yang terpilih nantinya membutuhkan minimal 85 juta suara untuk memenangkan konstestasi politik tersebut.

“Kalau putaran karena tiga (poros), agak sulit juga kalau satu putaran karena harus mendapat minimum 85 juta suara. Ada enggak calon yang bisa dapat 85 juta suara? agak sulit ya," kata JK dalam konferensi pers di Kediaman JK setelah bertemu dengan Puan Maharani di Jalan Brawijaya, Jakarta, Rabu (4/10/2023).

Namun begitu, JK mengaku pihaknya tidak menutup kemungkinan nantinya ada paslon yang bisa meraup suara 85 juta suara tersebut.

Wakil Presiden (Wapres) RI ke-10 dan 12 Jusuf Kalla (JK) dikabarkan bakal bertemu dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani di kediaman JK di Jalan Brawijaya, Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di kediamannya di Jalan Brawijaya, Jakarta, Rabu (4/10/2023). (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)

Kendati begitu, JK menyebut peluang tersebut tetap berat untuk didapatkan oleh masing-masing palson.

"Karena pemilih kira-kira 165-170 (orang). Jadi dia harus punya agak berat. Jadi kelihatannya. Walau pun tetap ada kemungkinan ya. Tapi tetap kemungkinan yang terbesar mungkin 2 putaran," tandasnya.

Sebagai informasi, JK memiliki pengalaman mengikuti Pilpres dua dan satu putaran.

Dua putaran adalah Pilpres 2004 yang saat itu berpasangan dengan SBY. SBY-JK maju ke putaran kedua melawan Megawati-Hasyim Muzadi. 

Sementara saat berpasangan dengan Jokowi di tahun 2014, JK menang dengan satu putaran berhadapan dengan Prabowo - Hatta Rajasa.

Diketahui, saat ini tiga poros untuk Pilpres mendatang adalah Anies - Muhaimin,Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto. Sementara Ganjar dan Prabowo hingga saat ini belum mengumumkan sosok bakal cawapresnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved