Ramadan 2024
Pemerintah Tetapkan Awal Ramadan 12 Maret 2024, Beri Pesan Lumrahnya Perbedaan dan Sikap Toleransi
Terjadi perbedaan penetapan awal Ramadan 1445 H, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas beri pesan lumrahnya perbedaan dan pentingnya sikap toleransi.
Penulis:
Faryyanida Putwiliani
Editor:
Sri Juliati
Organisasi Kemasyarakatan atau Ormas seperti NU dan Muhammadiyah pun bersepakat untuk saling menghormati.
Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU), KH Sirril Wafa, menekankan pentingnya saling menghormati dalam perbedaan pelaksanaan ibadah, khususnya selama bulan suci Ramadhan.
Terlebih perbedaan ini, bukanlah pertama kali terjadi.
Baca juga: Tempat Karaoke hingga Diskotek, Ini Aturan Tempat Hiburan Malam di Jakarta Selama Ramadan 2024
Bahkan menurutnya ada saja perbedaan setiap tahunnya bagi umat Muslim Indonesia dalam menghadapi perbedaan pelaksanaan ibadah, utamanya terkait dengan waktu awal dan akhir Ramadan.
"Pengalaman yang telah berpuluh-puluh tahun bagi masyarakat Muslim Indonesia mestinya cukup menjadi pelajaran bahwa perbedaan dalam masalah furu'iyah (masalah cabang) bukan prinsip akidah keimanan (ushuliyah) itu sangat dimungkinkan. Maka, upaya saling memahami harus ditingkatkan," ujar Kiai Sirril dikutip dari NU Online, Selasa (5/3/2024).
Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, tidak perlu ada saling melempar sentimen negatif dalam pelaksanaan awal puasa yang lebih awal.
"Bagi yang memulai puasa lebih awal, tidak perlu menyalahkan misalnya, sudah bagian dari Ramadhan kok masih tidak puasa, haram itu dan sebaliknya,” terang dia.
Baca juga: Jangan Sia-siakan Bulan Suci, Selain Puasa Perbanyak Amalan, Ini Doa Khusus 10 Hari Pertama Ramadan
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum (Ketum) Muhammadiyah Haedar Nashir.
Pihaknya yang telah memastikan bahwa awal puasa tahun ini dimulai pada 11 Maret 2024 mengatakan, perbedaan yang ada tidak perlu dibesar-besarkan.
Ia menegaskan, yang terpenting adalah memaknai ibadah selama ramadan itu, termasuk memperdalam relasi hubungan sosial yang damai dan bersatu dalam keragaman.
"Jadi, kalau berbeda ya malah tidak perlu ribut, termasuk di media sosial, apalagi saling menghujat dan saling menyalahkan yang membuat malah nanti nilai ibadahnya jadi berkurang," kata Haedar dalam kegiatan konferensi pers pada awal tahun ini.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Rina Ayu Panca Rini)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.