Minggu, 7 September 2025

Lettu Eko Disebut Bunuh Diri Tapi Keluarga Meragukan, Dankormar TNI AL Ungkap Alasan Tak Autopsi

Menurut Endi, dengan penjelasan dokter Glen tersebut, dirinya memahami bagaimana pihaknya tidak melakukan autopsi terhadap jenazah Lettu Eko Damara.

Penulis: Reza Deni
Kolase Tribunnews/Kompas tv
Komandan Korps Marinir (Dankormar) TNI AL Mayjen (Mar) Endi Supardi menggelar jumpa pers perihal kematian Lettu Laut Eko Damara (30), anggota kesehatan Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Mobile RI-PNG Batalyon Infanteri 7 Marinir, yang disimpulkan bunuh diri, di Markas Korps Marinir, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).  

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korps Marinir TNI Angkatan Laut membeberkan alasan tidak melakukan autopsi jenazah Lettu Eko Damara usai ditemukan meninggal dunia saat bertugas sebagai Personel Satuan Tugas Mobile RI-PNG Batalion Infanteri 7 Marinir di Kotis Koramil Dekai, Kodim 1715, Kabupaten Yakuhimo, Papua Pegunungan.

Di sisi lain, Korps Marinir TNI Angkatan Laut telah menyimpulkan Lettu Eko Damara meninggal dunia karena bunuh diri dengan tembakan senjata api.

Dankormar TNI AL Mayjen TNI Endi Supardi menyebut lokasi di mana Eko meninggal merupakan daerah operasi.

"Tidak ada dokter khusus untuk ahli forensik. Kita juga butuh cepat ingin kembalikan almarhum dengan proses secara Islam ke keluarganya," kata Endi dalam konferensi pers di Markos Korps Marinir TNI AL, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).

Baca juga: Dinyatakan Bunuh Diri, Lettu Eko Utang Hampir Rp1 M dan Ditemukan Aplikasi Pinjol hingga Judi Online

Dalam kesempatan tersebut, hadir secara daring dr. Glen yang merupakan dokter yang bertugas di RSUD Dekai, rumah sakit di mana Eko dinyatakan meninggal dunia.

"Kami di RS Dekai memang tidak lakukan autopsi atau lakukan pemeriksaan dalam karena memang tidak ada dokter spesialis forensik untuk autopsi. Jadi yang kami lakukan hanya penanganan luka, supaya tetap seperti semula. Dimandikan, dikafani," kata Glen.

Menurut Endi, dengan penjelasan dokter Glen tersebut, dirinya memahami bagaimana pihaknya tidak melakukan autopsi terhadap jenazah Lettu Eko Damara.

"Kecuali di Jakarta kejadian seperti biasa, silakan jika mencurigakan. Ini saya kira jelas sekali. Seandainya ada yang curiga di staf saya, saya tak akan menunda. Saya akan lakukan langsung. Karena semua keterangan yang ada, tim investigasi mengatakan 99,99 persen bunuh diri," ujarnya.

Endi mengatakan dari keterangan tim investigasi, Eko menembakkan kepalanya sendiri saat tak ada yang melihatnya.

Baca juga: Kematian Brigadir Ridhal Ali Mirip Kasus yang Didalangi Ferdy Sambo? Simak Perbandingan Kronologinya

Menurutnya, kecil kemungkinan Eko ditembak, karena posisi senapan yang berada di sampingnya, serta gerak peluru yang menembus kepalanya dari uji balistik tak memungkinkan Eko ditembak.

"Dari peluru yang ada kalau ketembak musuh atau teman, misalkan lurus keluar dari samping (lurus) depan (lurus) mungkin ditembak. Ini dari sisi bawah ke atas, menembaknya bagaimana? Beliau lagi duduk, yang menembak tiarap dulu? Kan enggak mungkin," ujarnya.

"Masa mau hadapan, duduk, lalu yang satu tiarap. Enggak mungkin, enggak logis. Ini dari kacamata militer yang ada di lapangan sudah jelas gamblang kenapa bisa seperti ini," kata Endi.

Namun, Endi mempersilakan jika pihak keluarga Eko ingin almarhum dilakukan autopsi.

"Kalau dari keluarga ingin ya silakan ditempus, kami tidak melakukan itu karena kami sudah yakin bahwa itu bunuh diri, kenapa harus diotopsi?" katanya.

"Kalau dari keluarga masih keraguan silakan mungkin dilakukan dengan ketentuan atau jalur yang ada untuk menempuh autopsi ini. Dari data fakta saksi yang ada ini, kami semakin yakin dari 99 persen, kami sampaikan sekarang 100 persen beliau meninggal karena bunuh diri," pungkas Endi.

Keluarga Curiga Dibunuh, Berikut Sederet Kejanggalan

Pihak keluarga mendiang Eko mempertanyakan kematian Eko, yang mulanya disebabkan karena penyakit malaria hingga dugaan bunuh diri.

Paman Lettu Eko, Abdul Sattar Siahaan saat diwawancarai, pihak TNI Angkatan Laut menyebut keponakannya tewas bunuh diri menggunakan senjata api yang ditembakkan ke kepalanya.

Dedi, saat memegang foto mendiang adiknya, Lettu Laut Kesehatan TNI Angkatan Laut (AL) bernama dr Eko Damara (31) yang ditemukan tewas di Poskotis Satgas Mobile, RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu. Keluarga menduga Eko dibunuh, bukan bunuh diri.
Dedi, saat memegang foto mendiang adiknya, Lettu Laut Kesehatan TNI Angkatan Laut (AL) bernama dr Eko Damara (31) yang ditemukan tewas di Poskotis Satgas Mobile, RI-PNG Yonif 7 Marinir, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada 27 April 2024 lalu. Keluarga menduga Eko dibunuh, bukan bunuh diri. (Tribun Medan)

Namun pihak keluarga tidak percaya Lettu Eko bunuh diri, melainkan menduga keponakannya itu tewas dianiaya, lalu ditembak hingga tewas.

Sebab, saat jenazah tiba ke Langkat pada 29 April lalu dan kain kafan dibuka, ditemukan diduga lebam bekas penganiayaan dan bekas sundutan rokok.

Baca juga: RESMI! Jaksa ICC Minta Surat Perintah Penangkapan Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant

Tak hanya itu, jenazah Lettu Laut Eko Damara juga tidak dilakukan autopsi. Ada juga status akun Whatsapps yang seolah menggambarkan waktu jelang kematiannya.

Sepekan sebelum tewas, Perwira TNI AL Eko Damara ternyata sempat curhat kepada kakaknya bernama Dedi. Lettu Eko Damara bercerita bahwa dirinya memiliki masalah besar dan merasa diintervensi komandan.

"Kita menduga dia dianiaya dan dibunuh. Tetapi kan ini jujur, asumsi kami. Harus dibuktikan karena belum ada pembuktian, belum bisa disimpulkan,"kata Abdul Sattar Siahaan, saat diwawancarai.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan