Profil dan Sosok
Profil Rektor UII Fathul Wahid, Dipuji Mahfud MD karena Minta Gelarnya Disembunyikan
Rektor UII, Fathul Wahid mendapat pujian dari Mahfud MD karena meminta gelarnya disembunyikan dan enggan dipanggil dengan sapaan Prof. Ini profilnya.
Penulis:
Sri Juliati
Editor:
Wahyu Gilang Putranto
Usai mendapat gelar Sarjana Teknik (S.T.) dari ITB, ia pun melanjutkan pendidikan magister atau Strata Dua (S2) di Department of Information Systems, University of Agder, Kristiansand, Norwegia.
Fathul Wahid lulus pada 2003 dari University of Agder dan mendapatkan gelar Master of Science (M.Sc.).
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan doktor atau Strata Tiga (S3) di Department of Information Systems University of Agder dan lulus pada 2013.
Selama mengabdi di UII, Fathul Wahid juga mendapatkan sejumlah penghargaan.
Yaitu, Dosen Terproduktif Kedua 2004, Dosen Berprestasi Terbaik Kedua 2015, dan Dosen Berprestasi Terbaik Kedua 2017.
Ia juga menerima penghargaan dari Brunel University, Inggris, kategori Best Paper Award, Transforming Government Workshop 2012
Fathul Wahid pun dinobatkan sebagai nominasi The Most Compelling, Critical Research Reflection, EGOV 2012 Conference tahun 2012 oleh The International Federation for Information Processing (IFIP) Working Group 8.5 University of Washington.
Pada 2015, ia juga kembali dinobatkan sebagai nominasi The Most Compelling, Critical Research Reflection, EGOV 2015 Conference oleh 2015 IFIP Working Group 8.5.
Pada 30 Mei 2022, Fathul Wahid menerima jabatan profesor karena menjadi Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi.
Enggan Dipanggil Profesor

Pengakuan Fathul Wahid yang enggan dipanggil dengan sapaan "Prof" disampaikannya melalui akun Facebook pada Kamis (17/7/2024).
Fathul Wahid meminta agar dirinya dipanggil dengan sapaan Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul.
"Dengan segala hormat, sebagai upaya desakralisasi jabatan profesor, kepada seluruh sahabat, mulai hari ini mohon jangan panggil saya dengan sebutan "prof."
Panggil saja: Fathul, Dik Fathul, Kang Fathul, Mas Fathul, atau Pak Fathul. Insyaallah akan lebih menentramkan dan membahagiakan. Matur nuwun," tulisnya.
"Para sahabat profesor yang setuju, ayo kita lantangkan tradisi yang lebih kolegial ini. Dengan desakralisasi ini, semoga jabatan profesor tidak lagi dikejar oleh banyak orang, termasuk para pejabat dan politisi, dengan menghalalkan semua cara," tambah Fathul Wahid.
Sehari kemudian, Kamis (18/7/2024), keluar surat edaran terkait penandatanganan surat, dokumen dan produk hukum ditujukan untuk pejabat struktural di lingkungan UII
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.